Minggu, 19 April 2020

Random Talk


Ngobrolin NIKAH

Di sela-sela kesibukan (eh emang sibuk?), tiba-tiba ingin rehat sejenak menulis sesuatu. Maafkan kawan, tulisannya acak-acakan (udah lama gak nulis). Blognya gak keurus wkwk. Jadi teringat waktu bincang-bincang tentang menulis sama anak-anak s3, katanya blog itu buat anak kecil karena tampilannya agak alay (emang iya ini buatnya waktu SMA). Tapi apa daya kawan manfaatkan fasilitas yang ada saja.

Di kalanganku saat ini sedang rentan membicarakan pernikahan, bahkan di sela-sela perkuliahan dosenku selalu menyelipkan nasehat-nasehat pernikahan. Walaupun banyak juga teman-temanku yang udah nikah. Kalau mendengar kata pernikahan mungkin banyak yang baper ‘aku ingin nikah’. Padahal emang beneran udah siap? Setelah diteliti, ternyata keinginan menikah itu tergantung lingkungan kita. Ada orang yang ingin cepet nikah, ada juga yang gak mau nikah cepet. Gak ada yang salah kawan, semua orang punya prinsip, semua tergantung persepsi dan informasi yang didapat. Awalnya dari ketidaksengajaan sharing-sharing tentang nikah, tapi tiba-tiba penasaran, mencoba berdiskusi dan melakukan survey dengan orang-orang yang sudah menikah dan belum menikah. Kebetulan juga aku punya teman kepala SPN, jadi minta sharing tentang pengalaman para kliennya. Lumayan kan berbagi ilmu.

Selain itu, tulisan ini terinspirasi dari teman-teman perempuanku yang curhat mengenai pernikahan. Rasanya dalam sebulan ini sudah ada 5 orang yang meminta pendapat mengenai hal tersebut (padahal aku pun belum nikah) dengan berbagai cerita yang belibet wkwk. Ada yang bentar lagi mau nikah, ada juga yang baru sampai tahap baper. Ku persembahkan tulisan ini untuk kalian, semoga bermanfaat.

Pihak Perempuan

Tim ingin menikah cepat
Mereka ingin menikah cepat dengan alasan ingin menjaga, menjalankan sunnah rasul, udah disuruh ortu, ingin punya keturunan, butuh partner hidup, butuh seorang pendukung, butuh pembimbing.

Tim gak mau nikah cepat
Alasannya ingin kerja dulu, belum kepikiran, takut ketemu orang baru, belum boleh sama ortu, mau biayain adik dulu, belum siap, masih ingin belajar.

Pihak laki-laki

Tim ingin menikah cepat
Ada yang bilang karena maut itu dekat, kalau bisa disegerakan selagi mampu kenapa tidak, ortu ingin menimang cucu, butuh partner hidup, karena dengan menikah Allah memberi banyak keberkahan, ingin melanjutkan generasi, fitnah dunia begitu besar, ingin beribadah, menyempurnakan separuh agama, menjalankan sunah rasul, menjaga pandangan.

Tim gak mau nikah cepat
Alasannya belum kepikiran, ingin mapan dulu, belum siap, belum membahagiakan ortu, ingin s3 dulu, belum cukup ilmu, mau memperdalam agama, masih ada tanggungan lain.

Dari jawaban di atas, kamu termasuk tim yang mana? Kalau kamu sudah mampu dari berbagai aspek terutama mental, baiknya disegerakan untuk menjaga diri dari dosa dan fitnah, tapi kalau belum mampu sebaiknya berpuasa. Menyegerakan bukan berarti terburu-buru, tapi mempersiapkan :)

Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat mengendalikanmu.
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).

Rasulullah SAW. bersabda:”Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah“.  
(HR. Bukhari)

 “Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”  
[QS. Adz Dzariyaat (51):49].


Sedikit Intro Mempersiapkan Pernikahan

Aku menyadari bahwa fitnah dunia begitu besar. Pantas saja orang tuaku begitu ketat mendidikku untuk menjaga jarak dengan lawan jenis agar tidak terjerumus ke hal yang salah, katanya boleh berteman dengan lawan jenis tapi gak usah jadi sahabat nanti takutnya baper2an. Orang tuaku melarang tuk pacaran, tapi mereka lebih dari itu. Mereka memantauku sampai selesai s1, selalu ditanyakan dengan siapa dan dimana setiap saat, gak boleh boncengan, gak boleh jalan berdua, bahkan ketika pulang ke rumah hp ku selalu di cek. Nah barulah ketika S2 aku mulai dilepas dan ga ditanya2 lagi. Dulu aku sempat kesal karena orang tua begitu ketat kepadaku, sedangkan ke anak yang lain tidak. Tapi sekarang aku sangat berterimakasih karena mereka telah menjagaku untuk tidak disentuh oleh yang bukan mahram. Suatu hari jika ditakdirkan, aku juga ingin menjaga anak-anakku dari fitnah dunia. Tau gak teman-teman? Ternyata menjaga juga salah satu bentuk persiapan menikah. Selain karena menghindari dosa, wanita itu katanya dilihat dari masa lalunya.

Perkara menikah, tak usah dirisaukan karena semua sudah diatur sama Allah. Terpikir ku ingin menikah dari sejak lulus s1, karena waktu itu banyak sekali temanku yang menikah. Tapi sepertinya saat itu cuman baper-baperan, karena belum mempersiapkan. Aku mulai mempersiapkan pernikahan ketika s2, mulai ikut seminar2, belajar membuat CV nikah (siapa tau suatu hari berguna, kalaupun tak terpakai setidaknya ada gambaran), baca buku (tidak hanya pernikahan, bagiku yang lebih penting aqidah), tanya2 ke orang, belajar manajemen keuangan, cara mengelola emosi, cari tau visi-misi menikah, cari tau gimana cara mendidik anak, dll. Intinya tanda siap nikah itu semakin memperbaiki diri. Persiapan itu penting. 

Nikah itu bukan perkara main-main, harus dipersiapkan matang-matang karena akan ada rintangan yang dihadapi setelah menikah. Menikah itu tentang bagaimana saling menerima kekurangan dan saling melengkapi. Bagaimana cara kita menyamakan persepsi dengan pasangan. Kita juga akan bertemu orang-orang baru, harus belajar memposisikan diri. Jangan sampai menyesal, karena menikah itu bukan satu dua tahun. Niatkan menikah untuk beribadah, semakin mendekatkan diri kepada Allah, agar Allah menjaga pernikahan kita.


Sharing Nikah

Berikut ini ada sedikit pandangan dari 2 teman ikhwan yang sudah siap menikah.

V : Kalau menurut aku, nikah itu harus segera dan mapan. Kalau syarat utama (usia dan ada calon) udah terpenuhi untuk bisa menikah ya sebaiknya disegerakan. Apalagi dengan kondisi zaman sekarang yang godaannya luar biasa, udah gak ada lagi hijab ngobrol dengan yang bukan mahram, dan sosmed isinya banyak menggerus iman, maka ya harus disegerakan menikah kalau sudah tidak sanggup menahan diri dari dosa.
Kalau mapan itu harus, karena menurut KBBI itu artinya mantap (tidak goyah, stabil). Jadi mapan itu gak hanya tentang mapan secara finansial. Mapan itu setidaknya dalam konteks pribadinya, mapan mental dan ilmunya. Kalau mapan finansial itu gak perlu menurutku, karena menikah kan salah satu cara membuka pintu rezeki Allah, yang berarti kita gak perlu khawatir sama rezei setelah menikah.

Y : Kalau aku pribadi patokan menikah itu tentang seberapa yakin kita kepada Allah. Seberapa dia sudah siap dengan ilmu, harta dan ruhiyahnya untuk menanggung tanggung jawab keluarga yang dimana dosa dan pahala jariyahnya akan mengalir dari anak keturunan. Kalau finansial, selama bisa menjamin memberikan nafkah setelah nikah maka tidak masalah. Tentang ilmu, selama sudah tau tentang aqidah dan hal-hal dasar, menurutku udah cukup. Sisanya tinggal apakah dia mau belajar atau enggak. Yakin sama Allah lebih kea rah yakin pernikahan itu membawa kita semakin dengan dengan Allah dan siap untuk memperjuangkan semenjak meniatkan hingga akhir hayat. Karena dari pernikahan, kalau yakin sama Allah ini ibadah yang baik, InsyaAllah sisanya akan mengikuti. Tetap sambal ikhtiar dan mempersiapkan.

"Pilihlah lelaki yang baik agama dan akhlaqnya (senantiasa memperbaiki diri), Jika marah tidak akan menghina. Bila cinta akan memuliakan."( Imam Hasan Al Basri )

Kali ini aku mau sharing mengenai tipe-tipe laki-laki yang ingin menikah berdasarkan dari kejadian-kejadian yang aku saksikan, pengalaman teman2ku yang sudah menikah dan seminar-seminar pranikah.

1. Ingin menikah dan siap menikah
Biasanya laki2 tipe ini mereka yang sudah benar2 siap dan serius untuk menikah, jarak dari menyampaikan menuju pernikahan biasanya hanya berjarak bulanan, gak lebih dari 1 tahun. Mereka sudah merencanakan matang2 dan akan membahas yang benar2 serius mengenai visi misi ke depan. Tipe ini dibagi 2 lagi.
-        Langsung datang ke orang tua
Ini biasanya tipe laki-laki yang pemberani. Dia langsung menyampaikan maksudnya kepada orang tua perempuan. Kalau diterima, segera lamaran dan menentukan tanggal menikah.
-        Lewat jalur taaruf
Idealnya taaruf dimediatori oleh orang yang sudah menikah, entah itu murabbi, teman, saudara ataupun lembaga. Mediator disini fungsinya untuk membimbing agar tidak salah arah dan menemani interaksi si calon, makanya baiknya harus yang sudah menikah. Biasanya diawali dengan bertukar CV, dilanjut bertemu calon (saling bertanya), bertemu orang tua, lamaran, nikah.

2. Ingin menikah tapi belum siap nikah
Tipe ini banyak banget macamnya, ada yang benar serius dan juga modus. Tanda laki-laki modus, dia pintar dalam berkata-kata, kalau disuruh serius akan menghindar. Tapi ada juga tipe ini yang benar serius, biasanya mereka minta dimediatori untuk taaruf, bertukar CV, kalau dua belah pihak sudah oke, bilang ke pihak orang tua perempuan untuk ditunggu. Ada juga yang labil dan pemilih. Tapi pada umumnya tipe ini menyampaikan kepada pihak perempuan mengenai keinginannya untuk serius, tapi belum siap nikah dan biasanya minta ditunggu. Kalau sudah berurusan sama yang beginian logic juga harus jalan akhwat, jangan hanya pakai perasaan. Menghadapi tipe ini para akhwat harus lebih cermat dan berhati-hati, jangan sampai nanti jadi korban PHP. Lihat baik-baik apakah ikhwan tersebut dapat dipercaya atau tidak. Ada tips untuk para akhwat menghadapi ikhwan tipe ini agar tidak menjadi korban PHP, apakah dia benar serius atau hanya main-main.
  • Cerita yang jujur kepada orang yang dipercaya, kalau aku biasanya ke ibu. Kalau kalian tidak dekat dengan ibu, bisa ke orang lain tapi kalau bisa yang sudah menikah, biasanya mereka lebih paham, agar mendapat solusi yang tidak salah arah (jangan sampai terjerumus ke dalam dosa).
  • Untuk melihat apakah bisa dipercaya atau tidak kalian bisa tau dari gerak-geriknya. Apakah dia orang yang jujur atau banyak berbohong. Apakah perkataan dia sesuai dengan tingkah lakunya atau tidak. Atau kalian bisa tanya juga ke teman dekatnya.
  • Kalian bisa lihat apakah dia benar2 mempersiapkan (Entah agama, fisik, mental, ataupun finansial. Bisa dengan belajar pranikah, sering ikut kajian, memperbanyak intensitas membaca Quran dan lain2, intinya banyak belajar tidak hanya ilmu pernikahan) dan memperbaiki diri. Kalau dia hanya bilang mau serius tapi tidak mempersiapkan, bisa dipastikan itu hanya main2. Bisa lihat juga lingkungan pertemanannya.
  • Seiring berjalannya waktu lihat juga bagaimana dia memperlakukan kita, entah dari kata2 ataupun perilakunya. Biasanya laki2 yang serius tidak mengajak untuk berbuat maksiat, dia akan menjaga kesucian akhwatnya.
  • Lihat juga bagaimana interaksinya dengan para akhwat, laki-laki yang serius akan lebih menjaga dan tau batasan mengenai obrolan atau hal lainnya.
  • Jangan lupa tanyakan apakah dia sudah membicarakan hal ini dengan orang tuanya. Kalau belum, jangan terlalu percaya. Laki-laki yang serius bisa meyakinkan orang tuanya. Kalau belum bisa meyakinkan orang tuanya, bagaimana akan meyakinkan orang tua si perempuan.
  • Laki-laki yang serius akan bersikap apa adanya. Selain it,u dia akan jujur kepadamu apa yang menjadi kendala mereka saat ini.
  • Dia akan membicarakan hal yang serius mengenai pernikahan, setidaknya dia memberi tahu visi misi nikahnya.
  • Lihat juga apakah dia berani untuk datang ke rumah orang tuamu untuk memperkenalkan diri. Dia akan menyampaikan maksudnya kepada orangtuamu, jikalau belum siap dia akan meyakinkan pihak orang tua dan menyampaikan alasan syari nya mengenai kenapa belum siap menikah serta kapan akan menikahinya sudah jelas waktunya. Kalau rumahnya sangat jauh, biasanya laki-laki yang serius setidaknya akan menghubungi ayah si perempuan lewat telpon (pengalaman dari teman-temanku yang sudah menikah).
  • Terakhir, jadilah diri sendiri. Tak usah menjadi beda di hadapan dia. Lihatlah apakah dia akan menerima kekuranganmu atau tidak. 

Untuk para akhwat kalau ikhwannya belum begitu gak usah minta mereka untuk berubah harus gini harus gitu. Kalau memang serius, nanti juga sadar sendiri. Pasrahkan saja kepada Allah. Biarkan Allah yang menuntunnya. Jadi kan nanti kita tau, kalau ikhwannya ga berubah ya berarti dia hanya main-main, kalau ada perubahan menuju lebih baik insyaAllah ikhwan itu serius. Ketika kamu tau dia main-main, gak usah sedih karena Allah telah mempersiapkan yang lebih baik untukmu. Yang penting jangan sampai salah arah. Juga kalau kalian para akhwat mau tau informasi mengenai apakah dia berubah ataukah dia jujur? gak usah di stalking kaya detektif. Berdoa aja minta ditunjukkan sama Allah. Nanti juga semua informasi akan kalian dapat. Percaya deh.

Segitu dulu ya sharingnya, semoga bermanfaat untuk kalian para akhwat. Tapi wallahu’alam, manusia hanya bisa berikhtiar dan Allah yang menetapkan. Kuncinya ikhlas dan berdoa. Yakin aja kalau memang jodohnya, akan Allah persatukan di waktu yang tepat dan dimudahkan. Nah, kalau sudah ada ikhwan benar serius dan datang ke rumah, para akhwat jangan memberatkan apalagi masalah mahar. Luruskan lagi niat menikahnya untuk ibadah. Untuk para ikhwan yang sedang mempersiapkan semangat untuk kalian, semoga mendapat kemudahan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar