RINGKASAN
NOVEL “ZIARAH”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
Kelompok 1
Ketua : Dede M. Z
Sekertaris : Fina Z. M
Anggota :
1.
Hari Prabowo
2.
Reviani Dewi
3.
Reyna Afifah
4.
Sarah Puspita
5.
Sherly Fatimah
SMA NEGERI 1 MAJALENGKA
Jalan K.H. Abdul Halim Nomor 113, Kabupaten Majalengka (0233) 281220
2012
Judul
: “ZIARAH”
Pengarang :
Iwan Simatupang
Angkatan
: 1966
Penerbit
: Djambatan
Tebal
: 148 Halaman
Sinopsis
Novel Ziarah karya Iwan Simatupang
adalah novel yang menceritakan seorang pelukis terkenal seantero negeri yang
dibuat terkapar tidak berdaya alias shock dan trauma setelah ditinggal mati
istrinya yang sangat dia cintai.Istri yang dia kawini dalam perkawinan secara
tiba-tiba.Suatu ketika pelukis mencoba bunuh diri karena ketenaran karya
lukisnya yang memikat semua orang dijagat bumi ini mengakibatkan ia memiliki
banyak uang dan membuat dia bingung.Karena kebingungannya ini sang pelukis
berniat bunuh diri dari lantai hotel dan ketika terjun dia menimpa seorang
gadis cantik.Dan tanpa diduga pula sang pelukis langsung mengadakan hubungan
jasmani dengan si gadis diatas jalan raya,Hal ini membuat orang-orang histeris
dan akhirnya seorang brigadier polisi membawa mereka ke kantor catatan sipil
dan mengawinkan mereka.
Hidup bahagia bersama sang istri membuat pelukis
benar-benar kehilangan.Apalagi setelah dia tahu bahwa istrinya mati karena
telah melihat ibu kandung ada bersama gerombolan nona-nona tua yang menyaksikan
kebahagiaan mereka saat hidup dalam gubuk tepi laut.Pelukis pun langsung pergi
kekantor sipil guna mengurusi penguburan istrinya tetapi tak ada tanggapan
positif dari pengusaha penguburan.Itu terjadi karena pelukis tak tahu apa-apa
tentang istrinya.Yang dia tahu hanyalah kecintaan pada istrinya.Sehingga mayat
istrinya terkatung-katung karena tak memiliki surat penguburan yang
syah.Pelukis pun menghilang ketika dicari walikota (merupakan walikota
kedua dalam novel ini,dia adalah wakil walikota yang diangkat menjadi walikota
setelah walikota pertama gantung diri karena tak bisa memecahkan masalah
mengundang pelukis saat akan ada kunjungan tamu asing) yang ikut
menghadiri penguburan istri pelukis.
Sampai akhirnya pengusaha penguburan itu menyesali
perbuatannya dan dengan keputusan walikota akhirnya mayat istri pelukis
dikuburkan.Sampai penguburan usai pelukis tak kelihatan.Saat kembali ke
gubuknya dia melihat wanita tua kecil.Tak tahu itu siapa,ternyata adalah ibu
kandung dari si gadis.Bercerita panjang tentang masa lalunya yang suram dan
sampai saat terakhir dia bertatapan dengan anaknya yang justru membuat delima
bagi si anak.Lalu pergi sambil menagis.Dan sesaat kemudian pelukis ada
dalam gubuknya,memandangi keadaan sekitar yang penuh karangan bunga,membakarnya
sampai habis.Hingga tersisa beberapa yang ia bawa ke kuburan istrinya.Ia
titipkan karangan bunga pada centeng perkuburan.Ziarah tanpa melihat makam
istrinya.
Setelah itu hidup pelukis semakin tak tentu arah.Ia
seolah tak pernah percaya bahwa istrinya telah mati.Pagi harinya hanya
digunakan untuk menunggu istrinya ditikungan entah tikungan mana dan malam
harinya dituangkan arak keperutnya,memanggil Tuhannya,meneriakkan nama
istrinya,menangis dan kemudian tertawa keras-keras.
Hingga akhirnya datang opseter perkuburan yang meminta
dia mengapur tembok perkuburan kotapraja yang sebelumnya telah berbekas
pamplet-pamplet polisi bahwa dia dicari.
Pelukis menerima tawaran itu dan esoknya ia mulai bekerja
mengapur tembok perkuburan kotapraja itu 5 jam berturut-turut tiap harinya,
sedangkan opseter perkuburan mengintip dari rumah dinasnya.Pekerjaan baru
pelukis ini membawa perubahan tingkah laku pelukis sehingga membuat seluruh
negeri geger.Hingga walikota akan memberhentikan opseter perkuburan.Tetapi
ketika mengantar surat pemberhentian kerja itu,walikota malah mati sendiri
karena kata-kata opseter tentang proporsi.Sebelumnya juga pernah terjadi
kekacauan dinegeri karena opseter pekuburan memakai rasionalisme dalam kerjanya
dan hanya memberi instruksi kerja pada selembar kertas pada pegawainya.
Setelah beberapa hari pelukis mengapur tembok perkuburan
pada suatau hari dia bergegas pulang sebelum 5 jam berturut-turut.Opseter
perkuburan heran kemudian mendatanginya dan ternyata pelukis ingin berhenti
bekerja.Opseter kebingungan tetapi pelukis menjelaskan bahwa dia tahu maksud
opseter memperkerjakannya.Bahwa selain untuk kepentingan opseter
sendiri,Opseter ingin pelukis menziarahi istrinya yang sudah tiada itu.Keesokan
harinya Opseter ditemukan gantung diri.Pekuburan geger,tetapi hanya sedikit
sekali empati dari pegawai-pegawai pekuburan.Maklum mereka hanya mengenal
Opseter lewat instruksi kerjanya saja tanpa pernah bertemu dan
mengenalnya.Penguburan opseter berlangsung cepat.Setelah penguburan,Pelukis
bertemu Maha guru dari Opseter yang kemudian menceritakan riwayat Opseter.
Diakhir cerita,pelukis akhirnya pergi
ke balai kota melamar menjadi Opseter Pekuburan.Untuk Ziarah yang terus-menerus
pada mayat-mayat manusia,pada mayat istrinya.
Unsur Intrinsik Novel
a.Tema : Ziarah Kubur
b.Tokoh
Antagonis
: Istri
Protagonis
: Pelukis
Tritagonis
: Opseter PekuburanMahaguru Opseter
Tokoh utama : Istri, pelukis, opseter
Tokoh pembantu : Walikota, Wakil Walikota, maha guru Opseter, Ayah
Opseter, orang Buta profesional, kepala Negara, perdana menteri, Nona-nona tua,
brigadier polisi, mandor dan pegawai pekuburan, kepala dinas pekerjaan umum, official,
centeng pekuburan.
c.Alur
Alur dalam novel ini memang sedikit membingungkan pembaca,
pengarang sengaja menggunakan alur “Flash Back”.Pembaca diajak untuk
mengernyitkan dahi karena cerita diawal
novel bukanlah awal
cerita,melainkan awal cerita baru diceritakan dibagian berikut dalam
novel.Alias pembaca diajak ke waktu sebelumnya oleh pengarang dengan sentuhan
filsafat yang amat menarik dan berkesinambungan.
Ini jelas terlihat diawal novel saat disebutkan sang
pelukis begitu kehilangan setelah ditinggal mati istrinya,tetapi dibagian
belakang malah pembaca diajak untuk mengikuti kisah pertemuan pelukis dengan
istri,kehidupan mereka yang mengundang banyak pesona,dan saat-saat terakhir
istrinya mati.Bukan hanya pelukis dan istri saja saja tetapi pengarang juga
mengajak pembaca untuk mengikuti kisah balik kehidupan opseter sebelum menjadi
opseter.
Pemunculan konflik
:Kematian istri pelukis,yang menjadi awal derita pelukis.
Konflik
:Opseter pekuburan menyuruh pelukis untuk mengapur tembok luar komplek
pekuburan.
Antiklimaks
:Pelukis
tahu tujuan sebenarnya opseter pekuburan memperkerjakannya
Peleraian
:Mahaguru opseter menceritakan semua
tentang riwayat opseter pekuburan.
d.Sudut pandang : Orang ketiga (Dia,nya)
e.Setting Tempat
di tikungan
:”….disalah
satu tikungan….(1)
Rumah kecil
:”…kekamar
kecil.disatu rumah kecil….(1)
Di kakilima
:”…langkah-langkahnya dikakilima…(6)
Di kedai arak
:”sekencang-kencangnya ke kedai arak..(2)
Di pekuburan
:”..suasana pekuburan di tengah hari…(10)
Di rumah dinas opseter:” ..jendela rumah dinasnya…(11)
Kantor dinas walikota:”..sidang darurat badan pekerja
harian.(12)
Di alun-alun
kota :”…orang-orang
dialun-alun ikut….(19)
Diistana
Negara
:”…kabinet kepada parlemen…(35)
Dilintasan
lari
:”…bertulisan benar-benar :FINISH..(55)
Di
hotel
:”..kamarnya ditingkat empat hotel itu (73)
Diaspal jalan
raya :”..yang sedang asyik diatas
aspal panas(73)
Di kantor catatan sipil :”..eh catatan
sipil,supaya hal yang…(74)
Digubuk tepi pantai
:”..kegubuk yang masih utuh di pantai (89)
Rumah nyonya
tua :”..rumah kami dilalui serdadu
serdadu(119)
LPAYLITK
:“..lembaga pemeliharaan anak-anak yang
Lahir dari Ibu Yang Tidak Kawin…(120)
LPWTYS
:.”.Lembaga Pemeliharaan Wanita-wanita
Tua Yang Sendiri..(122)
Tembok luar perkuburan:”dia melompat turun dari
tembok…(126)
Balai
kota
:”…ke balai kota…(140)
Setting Waktu
Pagi
hari
:”… saya minum arak sepagi ini…(7)
….paginya dia selalu gembira…(1)
….esoknya pagi-pagi benar kepala…(30)
Tengah
hari
:”…persis tengah hari mereka…(10)
….lepas sedikit tengah
hari…(11)
Sore
hari/senja :”…menjelang
benamnya matahari dia..(11)
…matahari segera akan tenggelam…(104)
Malam
hari
:”…begitu malam jatuh perutnya…(1)
…persis jam 12 tadi malam…(31)
…kepanas makanan malamnya….(134)
Suasana
Gembira
:”..menggegar suatu tawa gempita..(15)
Sunyi
:”..sunyi senyap di pekuburan itu…(133)
Takut
:”..bukan sorak sorai!tapi teriakan…(55)
Ramai
:”..ketengah orang ramai itu……..(55)
Panic
:”Hadirin geger…..(55)
Kacau
:”mandor melihat opseter keluar rumah.(52)
Gelisah
:”..dia mulai gelisah.dia
melihat…(89)
Hening :”sesudah
itu hening sehening-heningnya(3)
Sedih :”.demi
satu titik membasah dimatanya(123)
f.Karakteristik:
Ceritanya sangat menarik,sentuhan
filsafat pengarang benar-benar tersaji dalam novel ini.Tak kurang dalam setiap
bagian novel terdapat kalimat-kalimat yang merupakan ilmu filsafat.Contoh
kalimat itu seperti “Balas dendam memerlukan persiapan,pemikiran,memerlukan
system filsafat tersendiri yang merentangkan isi,tujuan,faedah dan dalih balas
dendam itu nanti kepada dirinya sendiri,kepada anak cucunya dan apabila masih
aa juga umat manusia da kemanusiaan sesudah kurun sejarah kini-juga kepada umat
manusia dan kemanusiaan yang akan datang…(20)”
Juga dalam kalimat “selanjutnya,filsafat murni hanya didapat
pada suasana disebelah dalam dari tembok-tembok itu…(46).
Gaya humor pengarang juga samar-samar,pembaca harus
benar-benar mengerti maksud pengarang dulu sebelum dibuat tertawa membayangkan
bahwa itu sangat lucu.Ada beberapa bagian dalam novel yang bisa dikatakan
sebagai penunjuk bahwa pengarang memiliki daya humor yang cukup tinggi.Seperti
saat ketika opseter dan walikota saling melihat bola mata.Dan saling terkejut
dan saling berteriak.Tentu saja mengundang tawa bagi pelukis yang
menyaksikannya…(14-15).Juga saat menceritakan kisah ketenaran pelukis,yang
justru membuat dia hampir bunuh diri sebelum akhirnya mengawini seorang
gadis…(68-74)
Dalam menghadirkan sebuah masalah pengarang tidak sungkan
untuk mendramatisir,tapi endingnya juga sangat mengaggumkan.Karena dengan
penambahan cerita yang didramatisir itu justru semakin membuat semangat
pembaca.Ini terlihat saat menceritakan kematian walikota setelah gemetar
mendengar kata-kata proporsi dari opseter..(18-26) dan saat sang istri
kehilangan giginya…(90-91) yang dibuat begitu terasa dihati pembaca.
RIWAYAT PENGARANG
Iwan Martua Lokot Dongan Simatupang, atau biasa dipanggil Iwan
Simatupang,beliau dilahirkan di Sibolga 18 Januari 1928 dan meninggal di
Jakarta 4 Agustus 1970.Sebelum menulis novel ini,beliau menulis beberapa
novelnya yang terkenal,seperti Merahnya Merah yang mendapat hadiah nasional
1970 dan novel Ziarah itu sendiri dalam terjemahan Bahasa Inggris yang mendapat
hadiah roman ASEAN terbaik tahun 1977.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar