Sabtu, 22 Desember 2012

Mengapa Orang Sunda Sulit Melafalkan Huruf “F”?



'F'

Saya sering iseng  bertanya, kenapa orang sunda kesulitan melafalkan huruf “F”? Kesulitan ini tidak hanya di temukan pada masyarakat awam, tapi juga pada masyarakat yang yang tergolong berpendidikan cukup tinggi. Saya pernah menemukan beberapa diktat kuliah Perguruan Tinggi Negeri  ternama di Bandung, yang disusun oleh dosen asli Sunda, yang banyak memuat kekeliruan penulisan antara “F” dan “P”. Sampai ada satu anekdot. Orang-orang Sunda suka membela diri dengan mengatakan, ” Siapa bilang orang sunda tidak bisa bilang “F”, itu teh Pitnah!, Pitnah!”
Memang huruf “F” bukan huruf dan lafal asli daerah Sunda. Huruf “F” berasal dari kosa kata  bahasa  Arab dan Eropa. Yang menarik adalah suku Jawa sebagai tetangga terdekat suku sunda tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam melafalkan huruf “F”, kecuali untuk beberapa masyarakat generasi sepuh di pedalaman Jawa.  Padahal Jawa dan Sunda memiliki sejarah yang hampir sama dalam hal interaksi dengan bangsa asing yang telah membawa huruf “F” dalam budaya lisan dan literatur mereka.
Meruntut sejarah Sunda dan Jawa, huruf “F” pertama kali dibawa dan diperkenalkan oleh pedagang bangsa Arab, Persia dan Gujarat yang sekaligus juga menyebarkan agama Islam di Jawa pada abad ke-13. Bangsa Arab memiliki lafal “F” dari huruf asli “Fa’ yang banyak digunakan dalam kosa kata mereka yang tersebar baik dalam bidang perdagangan maupun dalam bidang keagamaan.
Memang Islam lebih dulu memasuki suku Jawa dibanding suku Sunda. Tingkat penyebaran awal  juga lebih luas dengan berdirinya kerajaan Demak yang disokong oleh Wali Sanga-nya.
Berdasarkan sumber sejarah tertulis, Carita Parahyangan, Islam dibawa  ke Tatar Sunda oleh Bratalegawa, atau Haji Purwa, seorang saudagar dan pelayar besar yang juga merupakan anak Sang Bunisora -penguasa kerajaan Galuh. Ia menikah dengan seorang muslimah Gujarat, kemudian masuk Islam  dan kembali ke Galuh pada tahun 1337 Masehi  serta menyebarkan Islam di Cirebon (Caruban) Girang. Namun proses islamisasi Tatar Sunda secara massal baru pada abad ke -16, dengan adanya peran Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dengan kedudukannya sebagai salah satu Wali Sanga, beliau mendapat dukungan dari Kerajaan Demak secara penuh. Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke Tatar Sunda lainnya, seperti Majalengka, Kuningan, Galuh (Kawali-Ciamis), Sunda Kelapa dan Banten.
Untuk kasus di Jawa, modus penyebaran islam yang bergerak dari pesisir ke pedalaman membuat kita mudah memahami mengapa di daerah pedalaman, masih terdapat masyarakat, khususnya generasi sepuh, yang kesulitan melafalkan “F”, misalnya ketika mengucapkan kata “film” (bahasa inggris) menjadi “pilem”. Tapi secara general,  hampir seluruh suku Jawa tidak kesulitan dalam melafalkan huruf “F”.
Sedangkan di Tatar Sunda, kesulitan pelafalan “F” hampir menyeluruh dari pesisir pantai utara sampai pesisir pantai selatan, dari generasi tua sampai generasi sekarang. Kenapa? Saya mencoba menganalisisnya dan membuat teori  untuk menjawabnya.
Huruf “F” lebih banyak tersebar ke masyarakat Jawa dan Sunda melalui bidang dakwah. Sebab bidang perdagangan hanya menyentuh beberapa gelintir masyarakat di daerah pesisir. Bedanya adalah mekanisme internalisasi Islam berikut  budaya lisan dan tulisan yang melekat padanya.
Huruf “F” lebih mudah diserap oleh masyarakat Jawa akibat internalisasi Islam beserta  budaya ikutannya (termasuk huruf “F”) yang dilakukan melalui metode yang mudah diterima dan dipraktikan. Beberapa anggota Wali Sanga di Jawa  banyak menggunakan media seni dan budaya. Yang paling fenomenal adalah peran Sunan Kalijaga dalam mengembangkan wayang purwa atau wayang kullit yang bercorak islam. Beberapa sunan lainnya juga dikenal sebagai ahli gubah tembang Jawa. Sunan Bonang (R. Makhdum Ibrahim) yang dianggap sebagai pencipta gending bermuatan islam. Sunan Drajat (R. Syarifudin) yang terkenal sebagai penggubah tembang Pangkur. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) yang terkenal dengan gubahan gending Maskumambang dan Mijil. Sunan Muria (R. Umar Said) yang menciptakan tembang dakwah Sinom dan Kinanti.
Melalui media seni dan budaya inilah, Islam dan budaya ikutannya menjadi lebih mudah diterima oleh masyarakat pada waktu itu, masyarakat agraris dengan komunikasi “getok tular”. Dengan media seni, akulturasi kebudayaan, termasuk penggunaan dan pelafalan huruf “F” menjadi lebih mudah. Sebab ia tidak hanya digunakan saja dalam ranah ritual di masjid-masjid saja, tetapi budaya ikutannya telah memasuki ranah setiap sendi kehidupan masyarakat, melalui tembang-tembang yang dinyanyikan, melalui pertunjukan-pertunjukan seni yang mereka nikmati.
Memang dakwah di Sunda juga menggunakan media seni dan budaya juga, seperti wayang golek, dangding, guguritan, tradisi upacara (sawer orok, tingkeban, dll) akan tetapi penggunaan media ini tidak seintens seperti di tanah Jawa. Penggunaan media ini baru berkembang pasca Sunan Gunung Jati.
Mungkin ini bisa dipahami dari latar belakang Syarif Hidayatullah. Latar belakang personal beliau tidak bisa dilepaskan dari corak Islam di Tatar Sunda sebab perannya yang sangat  sentral dalam penyebaran Islam di Tatar Sunda. Dalam usia 20 tahun, Beliau telah memiliki tingkat kefakihan yang mumpuni, hasil selama belajar Islam di Mekah, Madinah, sampai ke Baghdad. Sebelum berlayar ke Jawa, beliau pernah singgah di Pasai dan tinggal bersama Maulana Ishak. Latar belakang tersebut menyebabkan dakwah Sunan Gunung lebih “to the point”.
Sunan Gunung Jati juga memiliki keunikan pendekatan dakwah melalui bidang pengobatan. Naskah-naskah kuno Cirebon hampir seluruhnya memberikan informasi tentang peran Sunan Gunung jati sebagai seorang tabib.
Pendekatan dakwah “to the point” membuat sedikit batas akulturasi kebudayaan Islam dengan budaya asli Sunda, khususnya penyerapan huruf “F” dalam budaya lisan Sunda. Huruf “F” hanya hidup di ranah agama, di lingkungan masjid. Akan tetapi huruf “F” tidak hidup dalam bidang kehidupan sehari-hari lainnya.
Analisis masalah kesulitan pelafalan huruf “F” oleh suku Sunda di atas baru dilihat dari sisi kemungkinan mekanisme akulturasi kebudayaan yang dominan. Sangat mungkin bahwa penyebab utamanya bukan karena itu. Misalnya pengaruh anatomi mulut masyarakat sunda dahulu. Atau  pengaruh prestise trend pelafalan para elit Tatar Sunda waktu itu, seperti tren pengucapan “kan” menjadi “ken” pada masa orde baru. Semoga ahli bahasa Sunda, sejarah dan anthropolog ada yang berminat meneliti masalah ini.
Referensi:
  1. Bisri, Cik Hasan, Yeti Heryati, Eva Rufaidah (ed.). Pergumulan Islam dengan Kebudayaan Lokal di Tatar Sunda. Bandung: Kaki Langit, 2005
  2. Solihin, M. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa,2005

Hitler As Fuhrer


Hitler As Fuhrer

Hitler after an SS rally in Berlin
The destruction of the radical SA leadership under Ernst Rohm in the Blood Purge of June 1934 confirmed Hitler as undisputed dictator of the Third Reich and by the beginning of August, when he united the positions of Fuhrer and Chancellor on the death of von Hindenburg, he had all the powers of State in his hands. Avoiding any institutionalization of authority and status which could challenge his own undisputed position as supreme arbiter, Hitler allowed subordinates like HimmlerGoering and Goebbels to mark out their own domains of arbitrary power while multiplying and duplicating offices to a bewildering degree.
During the next four years Hitler enjoyed a dazzling string of domestic and international successes, outwitting rival political leaders abroad just as he had defeated his opposition at home. In 1935 he abandoned the Versailles Treaty and began to build up the army by conscripting five times its permitted number. He persuaded Great Britain to allow an increase in the naval building programme and in March 1936 he occupied the demilitarized Rhineland without meeting opposition. He began building up the Luftwaffe and supplied military aid to Francoist forces in Spain, which brought about the Spanish fascist victory in 1939.
The German rearmament programme led to full employment and an unrestrained expansion of production, which reinforced by his foreign policy successes--the Rome-Berlin pact of 1936, the Anschluss with Austria and the "liberation" of the Sudeten Germans in 1938 — brought Hitler to the zenith of his popularity. In February 1938 he dismissed sixteen senior generals and took personal command of the armed forces, thus ensuring that he would be able to implement his aggressive designs.
Hitler's saber-rattling tactics bludgeoned the British and French into the humiliating Munich agreement of 1938 and the eventual dismantlement of the Czechoslovakian State in March 1939. The concentration camps, the Nuremberg racial laws against the Jews, the persecution of the churches and political dissidents were forgotten by many Germans in the euphoria of Hitler's territorial expansion and bloodless victories. The next designated target for Hitler's ambitions was Poland (her independence guaranteed by Britain andFrance) and, to avoid a two-front war, the Nazi dictator signed a pact of friendship and non-aggression with Soviet Russia.

Pidato Bahasa Jerman

Halo Sahabat Blogger, kali ini aku akan berbagi salah satu pidato yang aku buat di SMA. Pidato ini merupakan persembahan ketika aku mengikuti sebuah perlombaan pidato bahasa Jerman yang bertema "Sekolah yang Ramah".     
      
                                   
Eine Freundliche Schule

Guten Tag!
Sehr geehrte Jury (Damen und Herrn)!
Meine liebe Freundinen und Freunden.
Zuerst lassen wir uns Allah SWT bedanken, zu wem aller Preise gehoeren. Wegen der Barmherzigkeit von  Allahs koennen wir heute hier in dieser Gelegenheit sammeln. Und jetzt, Lass mich ueber “freundliche Schule” sprechen.

Die Merkmale einer Feundliche schule sind unter anderem; Lehrer und Schuler arbeiten zusammen, um Schwierigkeiten beim lernen zu verkleinern; Und erweitern die Teilnehmer.

Ist unsere Schule freundlich?
Jedes Kind ist anders und die Unterschied ist Kraft. Da sollte die Qualität des Lernprozesses durch die Zusammenarbeit von Studenten, Lehrern, Eltern und Gemeinschaft oder Gesellschaft verbessert werden.

In einer freundlichen Schule verstehen alle Schulgemeinschaftsangehoerigkeit, dass der Zweck von Schulbildung für alle gleich ist. Alle Schüler haben Recht, Sicherheit zu haben  und wohl fühlen zu können. Der Lehrer vorbereitet immer im Voraus, wie es in der Schule sicherstellt, dass alle Schülern in den Lernprozess teilnehmen.

In einer freundlichen Schule verwenden Lehrer unterschiedliche Lehrmethode und Art bei Presentieren zu sichern, dass alle Schuler maximale Vorteile erhalten.

Bilden eine gute Zusammenarbeit mit Eltern der Schuler und Gemeinde ist ein Prozess, der nicht in einer Nacht bauen kann. Deshalb lassen wir uns partizipieren daran, eine freundliche Schule zu  realisieren.

Das waere meine Rede. Ich bitte um Enschuldigung falls ich viele Fehler gemacht habe. Vielen Dank fuer Ihre Aufmerksamkeit.
Aufwiedersehen!

tips diet sehat


10 Cara Diet Sehat & Sederhana

  1. Pertama-tama kenali tubuh sendiri.
    Berhentilah membandingkan dengan tubuh teman-teman Anda. Saat Anda mengenal cara kerja tubuh sendiri, maka akan lebih mudah untuk memenuhi apa yang dibutuhkannya.
  2. Makan secara teratur dengan menu dan porsi yang cukup.
    Seperti kata pepatah, "Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang."
  3. Lebih banyak konsumsi buah dan sayur.
    Orang langsing rata-rata makan lebih dari satu sajian buah dan makan lebih banyak serat dan kurang lemak dibanding orang gemuk. Itu hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of the American Dietetic Association tahun 2006.
  4. Jangan lupakan Sarapan pagi
    Mulailah hari dengan menu dan porsi sarapan yang cukup. Ini akan membantu mengurangi asupan kalori di sepanjang sisa hari.
  5. Perbanyak Minum air putih.
    Cukupi kebutuhan air putih anda minimal 2 liter per hari.
  6. Berolahragalah.
    Jadikan itu sebagai kegiatan yang tidak bisa dikompromikan lagi.Ber-aerobik dengan musik kesukaan bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan. Ajak keluarga untuk ikut bergerak. Awalnya mungkin agak aneh mendengarnya. Tapi begitu Anda mulai, bisa-bisa Anda lupa berhenti.
  7. Bebas Gula
    Cobalah 2 minggu tanpa gula. Rasanya luar biasa mengetahui napsu makan Anda yang biasanya tak bisa dipendam berangsur-angsur menghilang.
  8. Jangan melakukan tindakan ekstrim.
    Tindakan ekstrim maksudnya seperti sama sekali tak makan demi kurus dalam waktu cepat. Yang terbaik adalah makan dalam porsi sedikit, yang mencakup tiga nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan dua camilan tiap hari untuk metabolisme yang lebih efisien.
  9. Gosok gigi segera
    Setelah makan malam segera gosok gigi untuk mengingatkan diri Anda bahwa waktu makan sudah habis.
  10. Jangan sekali-kali kompensasikan perasaan ke makanan.
    Kebiasaan yang sangat tidak baik bila kita makan berlebih di saat-saat perasaan kita sedang buruk ataupun terlalu gembira. Pada umumnya orang yg terlalu terbawa emosi sesaat agak susah mengontrol pola makannya.
Jadi... Ubah pola makan Anda dengan pola Sarapan yang Sehat, klik di sini!

Hotel Savoy Homman Bandung


HOTEL SAVOY HOMMAN BANDUNG

Restaurant     Coffee Shop/Cafe     Lobby - Savoy Homann Hotel - hotel photo     Hotel Exterior - Savoy Homann Hotel - hotel photo
Jika Anda ingin merasakan Bandung masa kolonial, hotel Savoy Homann adalah jawabannya. Sejak berdiri di abad ke-19, hotel ini telah menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah dunia yang terjadi di Bandung.
Savoy Homann Hotel Bandung - the frontSeiring usia, hotel Savoy Homann sudah mengalami beberapa kali renovasi. Jadi Anda tak usah khawatir akan menemukan kamar lembab ataupun pilar yang rapuh. Tiap kamar berfasilitas lengkap. Mulai dari AC, TV kabel, hair dryer, koneksi wifi, hingga lantai yang berkarpet. Beberapa penginap mengaku pernah mengalami hal-hal berbau mistik di hotel ini yang mungkin dikarenakan bangunannya terbilang tua. Namun jangan takut, suasananya nyaman dan terawat, dan kita tak tahu pasti kebenaran cerita-cerita tersebut.
Savoy Homann - Deluxe RoomLayaknya yang Anda harapkan dari hotel berbintang empat, staf Savoy Homann selalu ramah dan siap membantu para pengunjungnya. Fasilitas hotel pun lengkap, seperti kolam renang, spa, business centre, dan pusat kebugaran. Untuk urusan makanan, terdapat Garden Restaurant yang menyediakan pilihan menu Eropa, Indonesia, dan Asia dalam suasana yang asri di tengah-tengah gedung. Ada pula Batavia Bar & Lounge dengan berbagai pilihan cocktail dan mocktail, serta Sidewalk Café dengan beraneka kudapan yang cocok untuk bersantai.
Savoy - the bedMenginap di Savoy Homann memudahkan akses Anda untuk sight seeing di kawasan kota tua Bandung yang kerap menjadi obyek para fotografer dan wisatawan. Terletak di Jalan Asia Afrika yang bersinggungan dengan Jalan Braga, anda dapat menikmati uniknya pemandangan gedung-gedung art deco di area ini, termasuk hotel Savoy Homann sendiri. Berbagai kafe dan restoran bisa menjadi pilihan Anda bersantap di Jalan Braga, dari yang bernuansa Eropa hingga restoran Padang.
Savoy - the room sitting areaSemua kenyamanan dan kemudahan yang Anda dapatkan dari menginap di Savoy Homann tentunya berbanding lurus dengan harga kamar yang tidak bisa dibilang murah.