Kamis, 31 Juli 2014

TAQLID BUTA

Apa kata MEREKA ???

v  Awwab (ITENAS)
Taqlid itu kan meniru. Jadi kalau taqlid buta itu meniru buta. Kalau menurut Aku taqlid boleh-boleh saja untuk tahap awal dalam beribadah tapi sambil terus mencari ilmunya dalam artian perintah Allah dan contoh dari Rasul. Misalnya kita belajar shalat, itu kan awalnya cuman ikutin atau menuruti orang tua. Tapi kan nanti terus belajar. Kalau misal ibadahnya sudah benar lanjutkan, tapi kalau ternyata itu gak pernah diperintahkan ya berhenti. Intinya kalau mau ibadah harus tau sumbernya dulu jelas atau tidak, jangan cuman asal tiru-tiru aja. 
Bagaimana sikap kita untuk menghadapi orang yang taqlid buta? Kewajiban kita sebagai umat muslim itu saling mengingatkan kalau ada yang salah. Kalau misalkan kita sudah mengingatkan tapi tetap gak mau menerima pendapat orang lain yaudah. Tapi harus terus berusaha untuk mengingatkan. Cara yang paling tepat yaitu kita harus lebih mendalami ilmu tentang persoalan itu, jadi kita bisa menjelaskan lebih mendalam kepada orang lain. Jangan sampai kita terus mengajak dengan cara dan omongan yang sama. Semuanya harus bertahap.

v  Sofyan (ITB)
Taqlid itu bisa diartikan mengikuti pendapat seseorang. Dan pelakunya disebut muqollid. Taqlid buta sendiri adalah mengikuti pendapat seseorang tanpa peduli pendapat itu benar atau salah, dan menganggap apapun pendapat yang diungkapkan oleh orang tersebut adalah benar. Sebenarnya taqlid bagi seseorang yang memiliki kemampuan untuk mencari kebenaran itu kurang ahsan, apalagi taqlid buta. Seseorang yang taqlid buta cenderung menyalahkan sesuatu yang tidak sejalan dengan pemikirannya.
Wallahu a'lam

v  Harun (UGM)
Menurutku ya aneh aja kalau masih ada orang yang taqlid buta, soalnya kan sekarang ada internet, sekolah, mesjid sama pesantren dimana-mana, masa iya itu orang gak pernah belajar ilmunya.

v  Windhi (ITENAS)
Taqlid buta itu mengikuti sesuatu yang gak tau asalnya dari mana, apa itu benar atau tidak, yang penting mengikuti. Yang pasti kita harus kritis  ketika menghadapi suatu hal. Intinya jangan iya-iya aja. Semua harus ada sumber yang jelas. Ketika disuruh atau dianjurkan sesuatu, harus tau darimana dalilnya biar kita tidak taqlid. Harus mau terus belajar dan belajar, jangan puas dengan satu sumber.

v   Firda (ITENAS)
Taqlid buta itu 11-12 sama “keras kepala”, sama-sama bertahan dengan pendapatnya sendiri. Untuk menghadapi orang yang taqlid buta kita harus pake cara khusus.

v  Asep (Unsud)
Taqlid buta itu haram karena fanatik terhadap satu golongan tertentu. Apapun yang terjadi selalu membela golongannya walaupun da salah, atau ikut-ikutan sesuatu tanpa ilmu dan hukum yang jelas atau mengagungkan ulama. Taqlid buta itu bahaya karena dapat memecah belah umat Islam. Bukannya membela Islam tapi malah membela golongan.

v  Mista (Dosen PAI)
Taqlid buta itu meniru pendapat orang lain tanpa mengetahuisumber hukumnya atau referensinya.Taqlid buta dalam Islam dilarang apalagi dalam masalah aqidah hukumnya haram.

Apa sih Taqlid itu?
Dari sudut agama taqlid ialah tindakan mengikuti suatu pendapat tanpa mengetahui dalil atau hujah di sebaliknya. Orang yang melakukan taqlid digelar muqallid.  Dalam Ensiklopedia Islam Rashid Rida rahimahullah menerangkan: Taqlid ialah mengikuti pendapat orang yang dianggap terhormat atau terpercaya dalam masyarakat tentang suatu hukum syari‘at Islam tanpa memerhatikan benar atau salah, baik atau buruk, manfaat atau mudarat hukum yang diikuti tersebut.
"Taqlid Buta" adalah suatu sifat yang sangat buruk, rendah dan tercela, yaitu ketika seseorang mengikuti orang lain tanpa dalil dan argument yang jelas, kuat dan logis, baik dalam hal ibadat, maupun dalam hal adapt istiadat. Baik yang diikuti itu masih hidup, ataupun sudah mati. Baik kepada orang tua dan nenek moyang, maupun kepada bangsa lain. Sifat inilah yang disandang orang-orang kafir dan dungu, dari dahulu kala hingga pada zaman kita sekarang ini, dimana mereka menjalankan ibadah mereka sehari-hari berdasarkan taqlid buta dan mengikuti lampah dan perbuatan nenek-nenek moyang mereka yang tidak mempunyai dalil dan argument sama sekali. Allah Swt berfirman:"dan apabila dikatakan kepada mereka (orang-orang kafir dan yang menyekutukan Allah Swt): "ikutilah semua ajaran dan petunjuk yang telah Allah turunkan". Mereka menjawab:"kami hanya mengikutisegala apa yang telah dilakukan oleh nenek-nenek moyang kami". Padahal nenek-nenek moyang mereka itu tidak mengerti apa-apa dan tidak juga mendapat hidayah (dari Allah Swt)". (Qs. Al Baqarah: 170).

Pembagian Taqlid

Taqlid seseorang kepada orang lain -dalam hal apa pun-  dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Taqlid seorang alim kepada alim lainnya.
Menurut penilaian akal sehat adalah suatu perbuatan yang jelek dan tidak terpuji, karena tidak ada alasan bagi orang yang telah mengetahui (alim) tentang suatu masalah bertaqlid kepada orang lain yang juga mengetahui permasalahan yang sama. Oleh karena itu, seorang mujtahid tidak dibenarkan dan tidak dibolehkan bertaqlid kepada mujtahid lainnya.
2. Taqlid seorang jahil kepada jahil lainnya.
Bodoh dan tidak mempunyai ilmu pengetahuan kepada orang jahil yang sama. Sudah tentu akal sehat menilai perbuatan semacam ini sangat buruk dan tidak logis. Bagaimana mungkin orang yang bodoh bertaqlid kepada orang yang bodoh pula. Hal ini tidak ada bedanya dengan orang buta yang berkata kepada kawannya yang juga buta pula:"peganglah tanganku dan tuntunlah aku menuju kesuatu tempat di sana".
3. Taqlid seorang alim kepada seorang jahil.
Taqlid semacam ini adalah paling buruk dan hinanya perbuatan di mata masyarakat umum dan bahkan menurut penilaian anak kecil sekali pun. Mana mungkin orang yang dapat melihat dengan baik mohon bantuan untuk dituntun ke suatu tempat kepada orang yang buta matanya.
4. Taqlid seorang jahil kepada seorang alim dan Ahli Ilmu.
Hal ini sangatlah wajar dan logis. Bahkan menurut akal sehat memang begitulah seharusnya, yaitu orang yang awam dan bodoh diharuskan bertaqlid dan mengikuti saran-saran, nasihat-nasihat, fatwa-fatwa dan jejak langkah ahli ilmu. Dalam hal ini, agama pun -terutama madzhab Ahlul Bait As- sangat menekankan dan mewajibkannya. Taqlid semacam ini tidaklah dikategorikan sebagai taqlid buta yang memang sangat dicela oleh akal sehat dan Al Qur'an Al Karim. Contoh taqlid keempat ini tidak ada bedanya dengan seorang awam yang terkena penyakit tertentu berkonsultasi dan berobat kepada seorang dokter spesialis di bidangnya Itu. 

Dalil-dalil syar’i yang shahih, yang menjelaskan dan menegaskan dilarangnya taqlid buta :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [Al-Hujurat : 1]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
Hai orang-arang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah Ia kepada Allah (AlQur ‘an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” [An-Nisa :59].

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. [AtTaubah :31]

HUKUM TAQLID
Taqlid terbagi menjadi tiga ketegori sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam lbnul Qayyim dalam kitabnya i’lamul Muwaqqi’in 2/187: 
(1) Taqlid yang diharamkan,
(2) Taqlid yang diwajibkan, dan
(3) Taqlid yang dibolehkan.
Kategori yang pertama iaitu taqlid yang diharamkan terbagi menjadi tiga bahagian:
[a]. Taqlid kepada perkataan nenek moyang sehingga berpaling dari apa yang diturunkan Allah.
[b]. Taqlid kepada orang yang tidak diketahui bahwa dia harus diambil perkataannya.
[c]. Taqlid kepada perkataan seseorang setelah tegak hujah dan dalil yang menyelisihi       perkataannya.


Mengapa Taqlid Buta Harus Ditinggalkan?
Terdapat beberapa sebab penting umat Islam harus berusaha menjauhkan sikap taqlid. Diantaranya:
v Taqlid menghilangkan keindahan Islam dan keyakinan ibadah. Seorang muqallid tidak merasai keindahan agama yang dianutinya dan jauh sekali daripada merasai kepuasan dalam beramal ibadah. Wahbah al-Zuhaili berkata:
Mengetahui hukum syara' di bidang fiqh tanpa dalil dan hujah tidak akan menimbulkan kepuasan fikiran dan kenikmatan jiwa serta tidak akan melahirkan ketenangan kepada mereka yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu.
Dengan kata lain ilmu yang disertakan dengan dalil akan mengeluarkan seseorang daripada ikatan taqlid buta yang dicela oleh al-Qur'an kepada ikutan dalam keadaan sedar dan mengetahui seperti yang disyaratkan oleh imam-imam yang kita terima ilmu pengetahuan daripada mereka.
Selain itu, dalil dan hujah merupakan roh kepada fiqh. Mempelajarinya adalah menjadi latihan dan pendidikan akal serta dapat memupuk bakat orang yang mempunyai ilmu di dalam bidang ini.[ Fiqh dan Perundangan Islam, jld. 1, ms. xliv.]
v Bertaqlid menjatuhkan manusia ke tahap yang sangat rendah. Ini kerana Allah Subhanahu wa Ta‘ala membezakan antara manusia dan haiwan dengan kurniaan akal sebagai satu alat yang menganalisa, mengkaji dan berfikir. Apabila manusia menolak penggunaan akal dengan bertaqlid, dia menolak satu-satunya ciri khas yang membedakannya dengan hewan. Kata-kata al-Sya’rani rahimahullah menjelaskan lagi hakikat ini:
Sikap menyerah kepada pendapat para imam mujtahid adalah tindakan kelas orang yang paling rendah padahal yang saya (al-Sya'rani) menghendaki dengan kitab ini adalah apa yang melebihi daripada itu. Seorang muqallid harus tahu bagaimana imam yang diikutinya memahami suatu ayat atau hadis dan bagaimana cara imam tersebut mengambil hukum dari sumber pokoknya.[ al-Mizan al-Kubra, jld. 1, ms. 36.]
v Taqlid menimbulkan sikap taksub mazhab kerana orang yang bertaqlid kepada satu mazhab, maka mazhab itu menjadi keyakinan dirinya sendiri. Sukar untuk dia melepaskan mazhabnya kerana dia tidak tahu apa yang betul dan apa yang salah berbanding dengan mazhab atau pendapat yang lain.
Sebaliknya yang yang sentiasa mengkaji ajaran mazhab akan memiliki sikap terbuka lagi toleran kerana dia sedia mengetahui kewujudan perbezaan pendapat di antara mazhab.
v Taqlid menyebabkan para pengikut mazhab tidak dapat membedakan antara ajaran asli mazhabnya dan ajaran adat tradisi yang telah bercampur aduk. Sebagai contoh, umat Islam Malaysia umumnya mengakui bahawa apa yang mereka amalkan adalah Mazhab al-Syafi‘i padahal yang benar kebanyakannya ialah percampuran antara Mazhab al-Syafi‘i dan adat tradisi tempatan.

Bagaimana Menghadapi Taqlid Buta ?
Kembali kepada kitabullah dan sunah Rasulullah saw. untuk mengambil aqidah shahihah, sebagaimana para salafus saleh mengambil aqidahnya dari keduanya. Tidak akan dapat memperbaiki akhir umat ini, kecuali apa yang telah memperbaiki umat pendahulunya. Juga dengan mengkaji aqidah golongan sesat dan mengenal syubhah-syubhah mereka untuk kita bantah dan kita waspadai, kerana siapa yang tidak mengenal keburukan, ia dikhawatirkan terperosok ke dalamnya.
Jika kalian ingin mempelajari lebih dalam ilmu agama, yang paling utama kita harus mempelajari Al-Quran dan carilah hadits-hadits yang shahih misalnya dari Bukhari dan Muslim. Jika ingin bertanya kepada orang yang berilmu, mintalah pendapat dari banyak orang, jangan puas dengan satu jawaban dan mintalah penjelasan disertai dengan firman Allah beserta hadits-hadits yang shahih.