Sabtu, 22 Desember 2012

Mengapa Orang Sunda Sulit Melafalkan Huruf “F”?



'F'

Saya sering iseng  bertanya, kenapa orang sunda kesulitan melafalkan huruf “F”? Kesulitan ini tidak hanya di temukan pada masyarakat awam, tapi juga pada masyarakat yang yang tergolong berpendidikan cukup tinggi. Saya pernah menemukan beberapa diktat kuliah Perguruan Tinggi Negeri  ternama di Bandung, yang disusun oleh dosen asli Sunda, yang banyak memuat kekeliruan penulisan antara “F” dan “P”. Sampai ada satu anekdot. Orang-orang Sunda suka membela diri dengan mengatakan, ” Siapa bilang orang sunda tidak bisa bilang “F”, itu teh Pitnah!, Pitnah!”
Memang huruf “F” bukan huruf dan lafal asli daerah Sunda. Huruf “F” berasal dari kosa kata  bahasa  Arab dan Eropa. Yang menarik adalah suku Jawa sebagai tetangga terdekat suku sunda tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam melafalkan huruf “F”, kecuali untuk beberapa masyarakat generasi sepuh di pedalaman Jawa.  Padahal Jawa dan Sunda memiliki sejarah yang hampir sama dalam hal interaksi dengan bangsa asing yang telah membawa huruf “F” dalam budaya lisan dan literatur mereka.
Meruntut sejarah Sunda dan Jawa, huruf “F” pertama kali dibawa dan diperkenalkan oleh pedagang bangsa Arab, Persia dan Gujarat yang sekaligus juga menyebarkan agama Islam di Jawa pada abad ke-13. Bangsa Arab memiliki lafal “F” dari huruf asli “Fa’ yang banyak digunakan dalam kosa kata mereka yang tersebar baik dalam bidang perdagangan maupun dalam bidang keagamaan.
Memang Islam lebih dulu memasuki suku Jawa dibanding suku Sunda. Tingkat penyebaran awal  juga lebih luas dengan berdirinya kerajaan Demak yang disokong oleh Wali Sanga-nya.
Berdasarkan sumber sejarah tertulis, Carita Parahyangan, Islam dibawa  ke Tatar Sunda oleh Bratalegawa, atau Haji Purwa, seorang saudagar dan pelayar besar yang juga merupakan anak Sang Bunisora -penguasa kerajaan Galuh. Ia menikah dengan seorang muslimah Gujarat, kemudian masuk Islam  dan kembali ke Galuh pada tahun 1337 Masehi  serta menyebarkan Islam di Cirebon (Caruban) Girang. Namun proses islamisasi Tatar Sunda secara massal baru pada abad ke -16, dengan adanya peran Syarif Hidayatullah atau dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dengan kedudukannya sebagai salah satu Wali Sanga, beliau mendapat dukungan dari Kerajaan Demak secara penuh. Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke Tatar Sunda lainnya, seperti Majalengka, Kuningan, Galuh (Kawali-Ciamis), Sunda Kelapa dan Banten.
Untuk kasus di Jawa, modus penyebaran islam yang bergerak dari pesisir ke pedalaman membuat kita mudah memahami mengapa di daerah pedalaman, masih terdapat masyarakat, khususnya generasi sepuh, yang kesulitan melafalkan “F”, misalnya ketika mengucapkan kata “film” (bahasa inggris) menjadi “pilem”. Tapi secara general,  hampir seluruh suku Jawa tidak kesulitan dalam melafalkan huruf “F”.
Sedangkan di Tatar Sunda, kesulitan pelafalan “F” hampir menyeluruh dari pesisir pantai utara sampai pesisir pantai selatan, dari generasi tua sampai generasi sekarang. Kenapa? Saya mencoba menganalisisnya dan membuat teori  untuk menjawabnya.
Huruf “F” lebih banyak tersebar ke masyarakat Jawa dan Sunda melalui bidang dakwah. Sebab bidang perdagangan hanya menyentuh beberapa gelintir masyarakat di daerah pesisir. Bedanya adalah mekanisme internalisasi Islam berikut  budaya lisan dan tulisan yang melekat padanya.
Huruf “F” lebih mudah diserap oleh masyarakat Jawa akibat internalisasi Islam beserta  budaya ikutannya (termasuk huruf “F”) yang dilakukan melalui metode yang mudah diterima dan dipraktikan. Beberapa anggota Wali Sanga di Jawa  banyak menggunakan media seni dan budaya. Yang paling fenomenal adalah peran Sunan Kalijaga dalam mengembangkan wayang purwa atau wayang kullit yang bercorak islam. Beberapa sunan lainnya juga dikenal sebagai ahli gubah tembang Jawa. Sunan Bonang (R. Makhdum Ibrahim) yang dianggap sebagai pencipta gending bermuatan islam. Sunan Drajat (R. Syarifudin) yang terkenal sebagai penggubah tembang Pangkur. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq) yang terkenal dengan gubahan gending Maskumambang dan Mijil. Sunan Muria (R. Umar Said) yang menciptakan tembang dakwah Sinom dan Kinanti.
Melalui media seni dan budaya inilah, Islam dan budaya ikutannya menjadi lebih mudah diterima oleh masyarakat pada waktu itu, masyarakat agraris dengan komunikasi “getok tular”. Dengan media seni, akulturasi kebudayaan, termasuk penggunaan dan pelafalan huruf “F” menjadi lebih mudah. Sebab ia tidak hanya digunakan saja dalam ranah ritual di masjid-masjid saja, tetapi budaya ikutannya telah memasuki ranah setiap sendi kehidupan masyarakat, melalui tembang-tembang yang dinyanyikan, melalui pertunjukan-pertunjukan seni yang mereka nikmati.
Memang dakwah di Sunda juga menggunakan media seni dan budaya juga, seperti wayang golek, dangding, guguritan, tradisi upacara (sawer orok, tingkeban, dll) akan tetapi penggunaan media ini tidak seintens seperti di tanah Jawa. Penggunaan media ini baru berkembang pasca Sunan Gunung Jati.
Mungkin ini bisa dipahami dari latar belakang Syarif Hidayatullah. Latar belakang personal beliau tidak bisa dilepaskan dari corak Islam di Tatar Sunda sebab perannya yang sangat  sentral dalam penyebaran Islam di Tatar Sunda. Dalam usia 20 tahun, Beliau telah memiliki tingkat kefakihan yang mumpuni, hasil selama belajar Islam di Mekah, Madinah, sampai ke Baghdad. Sebelum berlayar ke Jawa, beliau pernah singgah di Pasai dan tinggal bersama Maulana Ishak. Latar belakang tersebut menyebabkan dakwah Sunan Gunung lebih “to the point”.
Sunan Gunung Jati juga memiliki keunikan pendekatan dakwah melalui bidang pengobatan. Naskah-naskah kuno Cirebon hampir seluruhnya memberikan informasi tentang peran Sunan Gunung jati sebagai seorang tabib.
Pendekatan dakwah “to the point” membuat sedikit batas akulturasi kebudayaan Islam dengan budaya asli Sunda, khususnya penyerapan huruf “F” dalam budaya lisan Sunda. Huruf “F” hanya hidup di ranah agama, di lingkungan masjid. Akan tetapi huruf “F” tidak hidup dalam bidang kehidupan sehari-hari lainnya.
Analisis masalah kesulitan pelafalan huruf “F” oleh suku Sunda di atas baru dilihat dari sisi kemungkinan mekanisme akulturasi kebudayaan yang dominan. Sangat mungkin bahwa penyebab utamanya bukan karena itu. Misalnya pengaruh anatomi mulut masyarakat sunda dahulu. Atau  pengaruh prestise trend pelafalan para elit Tatar Sunda waktu itu, seperti tren pengucapan “kan” menjadi “ken” pada masa orde baru. Semoga ahli bahasa Sunda, sejarah dan anthropolog ada yang berminat meneliti masalah ini.
Referensi:
  1. Bisri, Cik Hasan, Yeti Heryati, Eva Rufaidah (ed.). Pergumulan Islam dengan Kebudayaan Lokal di Tatar Sunda. Bandung: Kaki Langit, 2005
  2. Solihin, M. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa,2005

Hitler As Fuhrer


Hitler As Fuhrer

Hitler after an SS rally in Berlin
The destruction of the radical SA leadership under Ernst Rohm in the Blood Purge of June 1934 confirmed Hitler as undisputed dictator of the Third Reich and by the beginning of August, when he united the positions of Fuhrer and Chancellor on the death of von Hindenburg, he had all the powers of State in his hands. Avoiding any institutionalization of authority and status which could challenge his own undisputed position as supreme arbiter, Hitler allowed subordinates like HimmlerGoering and Goebbels to mark out their own domains of arbitrary power while multiplying and duplicating offices to a bewildering degree.
During the next four years Hitler enjoyed a dazzling string of domestic and international successes, outwitting rival political leaders abroad just as he had defeated his opposition at home. In 1935 he abandoned the Versailles Treaty and began to build up the army by conscripting five times its permitted number. He persuaded Great Britain to allow an increase in the naval building programme and in March 1936 he occupied the demilitarized Rhineland without meeting opposition. He began building up the Luftwaffe and supplied military aid to Francoist forces in Spain, which brought about the Spanish fascist victory in 1939.
The German rearmament programme led to full employment and an unrestrained expansion of production, which reinforced by his foreign policy successes--the Rome-Berlin pact of 1936, the Anschluss with Austria and the "liberation" of the Sudeten Germans in 1938 — brought Hitler to the zenith of his popularity. In February 1938 he dismissed sixteen senior generals and took personal command of the armed forces, thus ensuring that he would be able to implement his aggressive designs.
Hitler's saber-rattling tactics bludgeoned the British and French into the humiliating Munich agreement of 1938 and the eventual dismantlement of the Czechoslovakian State in March 1939. The concentration camps, the Nuremberg racial laws against the Jews, the persecution of the churches and political dissidents were forgotten by many Germans in the euphoria of Hitler's territorial expansion and bloodless victories. The next designated target for Hitler's ambitions was Poland (her independence guaranteed by Britain andFrance) and, to avoid a two-front war, the Nazi dictator signed a pact of friendship and non-aggression with Soviet Russia.

Pidato Bahasa Jerman

Halo Sahabat Blogger, kali ini aku akan berbagi salah satu pidato yang aku buat di SMA. Pidato ini merupakan persembahan ketika aku mengikuti sebuah perlombaan pidato bahasa Jerman yang bertema "Sekolah yang Ramah".     
      
                                   
Eine Freundliche Schule

Guten Tag!
Sehr geehrte Jury (Damen und Herrn)!
Meine liebe Freundinen und Freunden.
Zuerst lassen wir uns Allah SWT bedanken, zu wem aller Preise gehoeren. Wegen der Barmherzigkeit von  Allahs koennen wir heute hier in dieser Gelegenheit sammeln. Und jetzt, Lass mich ueber “freundliche Schule” sprechen.

Die Merkmale einer Feundliche schule sind unter anderem; Lehrer und Schuler arbeiten zusammen, um Schwierigkeiten beim lernen zu verkleinern; Und erweitern die Teilnehmer.

Ist unsere Schule freundlich?
Jedes Kind ist anders und die Unterschied ist Kraft. Da sollte die Qualität des Lernprozesses durch die Zusammenarbeit von Studenten, Lehrern, Eltern und Gemeinschaft oder Gesellschaft verbessert werden.

In einer freundlichen Schule verstehen alle Schulgemeinschaftsangehoerigkeit, dass der Zweck von Schulbildung für alle gleich ist. Alle Schüler haben Recht, Sicherheit zu haben  und wohl fühlen zu können. Der Lehrer vorbereitet immer im Voraus, wie es in der Schule sicherstellt, dass alle Schülern in den Lernprozess teilnehmen.

In einer freundlichen Schule verwenden Lehrer unterschiedliche Lehrmethode und Art bei Presentieren zu sichern, dass alle Schuler maximale Vorteile erhalten.

Bilden eine gute Zusammenarbeit mit Eltern der Schuler und Gemeinde ist ein Prozess, der nicht in einer Nacht bauen kann. Deshalb lassen wir uns partizipieren daran, eine freundliche Schule zu  realisieren.

Das waere meine Rede. Ich bitte um Enschuldigung falls ich viele Fehler gemacht habe. Vielen Dank fuer Ihre Aufmerksamkeit.
Aufwiedersehen!

tips diet sehat


10 Cara Diet Sehat & Sederhana

  1. Pertama-tama kenali tubuh sendiri.
    Berhentilah membandingkan dengan tubuh teman-teman Anda. Saat Anda mengenal cara kerja tubuh sendiri, maka akan lebih mudah untuk memenuhi apa yang dibutuhkannya.
  2. Makan secara teratur dengan menu dan porsi yang cukup.
    Seperti kata pepatah, "Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang."
  3. Lebih banyak konsumsi buah dan sayur.
    Orang langsing rata-rata makan lebih dari satu sajian buah dan makan lebih banyak serat dan kurang lemak dibanding orang gemuk. Itu hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of the American Dietetic Association tahun 2006.
  4. Jangan lupakan Sarapan pagi
    Mulailah hari dengan menu dan porsi sarapan yang cukup. Ini akan membantu mengurangi asupan kalori di sepanjang sisa hari.
  5. Perbanyak Minum air putih.
    Cukupi kebutuhan air putih anda minimal 2 liter per hari.
  6. Berolahragalah.
    Jadikan itu sebagai kegiatan yang tidak bisa dikompromikan lagi.Ber-aerobik dengan musik kesukaan bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan. Ajak keluarga untuk ikut bergerak. Awalnya mungkin agak aneh mendengarnya. Tapi begitu Anda mulai, bisa-bisa Anda lupa berhenti.
  7. Bebas Gula
    Cobalah 2 minggu tanpa gula. Rasanya luar biasa mengetahui napsu makan Anda yang biasanya tak bisa dipendam berangsur-angsur menghilang.
  8. Jangan melakukan tindakan ekstrim.
    Tindakan ekstrim maksudnya seperti sama sekali tak makan demi kurus dalam waktu cepat. Yang terbaik adalah makan dalam porsi sedikit, yang mencakup tiga nutrisi yang dibutuhkan tubuh dan dua camilan tiap hari untuk metabolisme yang lebih efisien.
  9. Gosok gigi segera
    Setelah makan malam segera gosok gigi untuk mengingatkan diri Anda bahwa waktu makan sudah habis.
  10. Jangan sekali-kali kompensasikan perasaan ke makanan.
    Kebiasaan yang sangat tidak baik bila kita makan berlebih di saat-saat perasaan kita sedang buruk ataupun terlalu gembira. Pada umumnya orang yg terlalu terbawa emosi sesaat agak susah mengontrol pola makannya.
Jadi... Ubah pola makan Anda dengan pola Sarapan yang Sehat, klik di sini!

Hotel Savoy Homman Bandung


HOTEL SAVOY HOMMAN BANDUNG

Restaurant     Coffee Shop/Cafe     Lobby - Savoy Homann Hotel - hotel photo     Hotel Exterior - Savoy Homann Hotel - hotel photo
Jika Anda ingin merasakan Bandung masa kolonial, hotel Savoy Homann adalah jawabannya. Sejak berdiri di abad ke-19, hotel ini telah menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah dunia yang terjadi di Bandung.
Savoy Homann Hotel Bandung - the frontSeiring usia, hotel Savoy Homann sudah mengalami beberapa kali renovasi. Jadi Anda tak usah khawatir akan menemukan kamar lembab ataupun pilar yang rapuh. Tiap kamar berfasilitas lengkap. Mulai dari AC, TV kabel, hair dryer, koneksi wifi, hingga lantai yang berkarpet. Beberapa penginap mengaku pernah mengalami hal-hal berbau mistik di hotel ini yang mungkin dikarenakan bangunannya terbilang tua. Namun jangan takut, suasananya nyaman dan terawat, dan kita tak tahu pasti kebenaran cerita-cerita tersebut.
Savoy Homann - Deluxe RoomLayaknya yang Anda harapkan dari hotel berbintang empat, staf Savoy Homann selalu ramah dan siap membantu para pengunjungnya. Fasilitas hotel pun lengkap, seperti kolam renang, spa, business centre, dan pusat kebugaran. Untuk urusan makanan, terdapat Garden Restaurant yang menyediakan pilihan menu Eropa, Indonesia, dan Asia dalam suasana yang asri di tengah-tengah gedung. Ada pula Batavia Bar & Lounge dengan berbagai pilihan cocktail dan mocktail, serta Sidewalk Café dengan beraneka kudapan yang cocok untuk bersantai.
Savoy - the bedMenginap di Savoy Homann memudahkan akses Anda untuk sight seeing di kawasan kota tua Bandung yang kerap menjadi obyek para fotografer dan wisatawan. Terletak di Jalan Asia Afrika yang bersinggungan dengan Jalan Braga, anda dapat menikmati uniknya pemandangan gedung-gedung art deco di area ini, termasuk hotel Savoy Homann sendiri. Berbagai kafe dan restoran bisa menjadi pilihan Anda bersantap di Jalan Braga, dari yang bernuansa Eropa hingga restoran Padang.
Savoy - the room sitting areaSemua kenyamanan dan kemudahan yang Anda dapatkan dari menginap di Savoy Homann tentunya berbanding lurus dengan harga kamar yang tidak bisa dibilang murah.

Senin, 20 Februari 2012

biologi kelas XI semester 2 sistem pencernaan

A. Organ-Organ Pencernaan
Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan
organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara
proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan
sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-
bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam
tubuh.
Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan
menjadi dua macam seperti berikut.
1. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu
lidah serta peremasan yang terjadi di lambung.
2. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh
enzim-enzim pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-
molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada
di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil
pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan meliputi hal-hal
berikut.
1. Ingesti: pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut.
2. Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi.
3. Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan.
4. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim, terdapat di lambung.
5. Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus.
6. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna
untuk tubuh melalui anus.
Saat melakukan proses-proses pencernaan tersebut diperlukan
serangkaian alat-alat pencernaan sebagai berikut.
1. Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut.
Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi. Di dalam
mulut seperti Gambar 6.1, terdapat beberapa alat yang berperan
dalam proses pencernaan yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah
(glandula salivales).
a. Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan
mekanis. Di sini, gigi membantu memecah makanan menjadi
potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu
enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan
lebih efisien dan cepat. Selama pertumbuhan dan per-
kembangan, gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari
gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi pertama pada bayi
dimulai saat usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi susu
(dens lakteus). Pada anak berusia 6
tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan sebagai berikut.
1) Gigi seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi
memotong makanan.
2) Gigi taring (dens caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi
merobek makanan.
3) Gigi geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah,
berfungsi mengunyah makanan.
Struktur luar gigi terdiri
atas bagian-bagian berikut.
1) Mahkota gigi (corona) merupakan bagian yang tampak
dari luar.
2) Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanam
di dalam rahang.
3) Leher gigi (colum) merupakan bagian yang terlindung
oleh gusi.
Adapun penampang gigi dapat diperlihatkan bagian-
bagiannya sebagai berikut.
1) Email (glazur atau enamel) merupakan bagian terluar
gigi. Email merupakan struktur terkeras dari tubuh,
mengandung 97% kalsium dan 3% bahan organik.
2) Tulang gigi (dentin), berada di sebelah dalam email,
tersusun atas zat dentin.
3) Sumsum gigi (pulpa), merupakan bagian yang paling
dalam. Di pulpa terdapat kapiler, arteri, vena, dan saraf.
4) Semen merupakan pelapis bagian dentin yang masuk
ke rahang.
b. Lidah
Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk mem-
bantu mencampur dan menelan makanan, mempertahankan
makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah
saat makanan dikunyah serta sebagai alat perasa makanan.
Lidah dapat berfungsi sebagai alat perasa makanan karena
mengandung banyak reseptor pengecap atau perasa. Lidah
tersusun atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan
lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir
(mukosa).
c. Kelenjar ludah
Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut,
yaitu glandula parotis, glandula submaksilaris, dan glandula
sublingualis atau glandula submandibularis. Amati gambar 6.4
agar Anda mengenali letak ketiga kelenjar ludah tersebut.
Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat
makanan secara kimiawi yang terjadi di dalam mulut. Setelah
makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah ber-
peran secara kimiawi dalam proses membasahi dan mem-
buat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan. Ludah
terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini meng-
uraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana
(glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan
dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur
disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke sistem pencernaan
selanjutnya.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang
tipis sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung. Fungsi
kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung.
Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding
kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin.
Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui
kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut
ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak
peristaltik pada otot dinding kerongkongan.
Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot
secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara me-
manjang dan melingkar. Proses gerak bolus di dalam kerongkongan
menuju lambung
Sebelum seseorang mulai makan, bagian belakang mulut (atas)
terbuka sebagai jalannya udara dari hidung. Di kerongkongan,
epiglotis yang seperti gelambir mengendur sehingga udara masuk
ke paru-paru. Ketika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk
ke dalam kerongkongan. Sewaktu makanan bergerak menuju
kerongkongan, langit-langit lunak beserta jaringan mirip gelambir
di bagian belakang mulut (uvula) terangkat ke atas dan menutup
saluran hidung. Sementara itu, sewaktu makanan bergerak ke arah
tutup trakea, epiglotis akan menutup sehingga makanan tidak masuk
trakea dan paru-paru tetapi makanan tetap masuk ke kerongkongan.
3. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk
seperti kantung, terletak di bawah sekat rongga badan. Dengan
mengamati Gambar 6.5, Anda dapat mengetahui bahwa lambung
terdiri atas tiga bagian sebagai berikut.
a. Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang ber-
batasan dengan esofagus.
b. Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan
atau tengah lambung.
c. Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan
usus halus.
Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan ter-
dapat otot sfinkter kardiak yang secara refleks akan terbuka bila
ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat otot
yang disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat ber-
kontraksi seperti halnya otot-otot kerongkongan. Apabila otot-
otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan, meremas, dan
mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme).
Sementara itu, pencernaan secara kimiawi dibantu oleh
getah lambung. Getah ini dihasilkan oleh kelenjar yang terletak
pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan bagian dalam
dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi
dinding lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi
bila cidera. Getah lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan
bolus saat masuk ke lambung. Getah lambung mengandung
bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas
air. Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan
enzim-enzim pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase.
Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut.
a. Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah
lambung, misalnya pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim
ini aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa dan
pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil.
b. Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut.
c. Mengubah kelarutan garam mineral.
d. Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat
membunuh kuman yang ikut masuk ke lambung bersama
bolus.
e. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung
dan usus dua belas jari.
f. Merangsang sekresi getah usus.
Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan
kasein atau protein susu dari air susu. Lambung dalam suasana
asam dapat merangsang pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul-
molekul peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah
lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui suatu
sfinkter pilorus yang berukuran kecil. Apabila otot-otot ini
berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus halus sedikit
demi sedikit.
4. Usus halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang
panjangnya sekitar 6–8 meter, lebar 25 mm dengan banyak
lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi
memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap
proses penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk
mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses penyerapan.
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut:
a. duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm,
b. jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m,
c. ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m.
Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul-
molekul pati yang telah dicernakan di mulut dan lambung,
molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung,
molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain.
Selama di usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih
sempurna menjadi molekul-molekul glukosa. Sementara itu
molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam
amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekul
gliserol dan asam lemak.
Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak
bersifat kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan untuk
membantu proses pencernaan kimiawi ini.
Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam
dinding usus halus mampu menghasilkan getah pencernaan.
Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getah
pencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan
empedu, getah pankreas, dan getah usus.
a. Cairan Empedu
Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa
air, dan tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung
mucin dan garam empedu yang berperan dalam pencernaan
makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan
berikut.
1) Air, berguna sebagai pelarut utama.
2) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan
duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding usus.
3) Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang
mengakibatkan empedu bersifat alkali. Garam empedu
juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak
dan air (mengemulsikan lemak).
Cairan ini dihasilkan oleh hati. Perhatikan Gambar 6.9.
Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam tubuh
yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati
berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan
zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari
darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi
membentuk darah pada janin atau pada keadaan darurat,
pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke
peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh.
Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan
masuk ke usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu
berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum
lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu
terlebih dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi
menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan
aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak
peristaltik usus.
b. Getah Pankreas
Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas.
Pankreas ini berperan sebagai kelenjar eksokrin yang
menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan
dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon
insulin. Hormon ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau-
pulau yang disebut pulau-pulau langerhans. Insulin ini
berfungsi menjaga gula darah agar tetap normal dan
mencegah diabetes melitus.
Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melalui
saluran pankreas masuk ke usus halus. Dalam pankreas
terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam
pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan pro-
tein, dan amilase membantu dalam pemecahan pati.
c. Getah Usus
Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang
mampu menghasilkan getah usus. Getah usus mengandung
enzim-enzim seperti berikut.
1) Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pe-
mecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2) Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses
pemecahan maltosa menjadi dua molekul glukosa.
3) Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses
pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
4) Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat
proses pemecahan peptida menjadi asam amino.
Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol
hasil pencernaan terakhir di usus halus mulai diabsorpsi atau
diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian
jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga
diserap. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak,
penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan
vitamin yang larut dalam air penyerapannya dilakukan oleh
jonjot usus.
Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengan
sifat kimia tiap-tiap mineral dan perbedaan struktur bagian-
bagian usus. Sepanjang usus halus sangat efisien dalam
penyerapan Na+, tetapi tidak untuk Cl
–, HCO3
–, dan ion-ion
bivalen. Ion K+
penyerapannya terbatas di jejunum.
Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum.
Proses penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh villi
(jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh darah,
pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam amino dan
glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui
sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak
bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk
emulsi lemak. Emulsi lemak bersama gliserol diserap ke
dalam villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak dilepaskan,
kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk
lemak kembali. Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi,
yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa).
Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedang-
kan garam empedu masuk ke dalam darah menuju hati dan
dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat
diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar
(kolon).
5. Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri
atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens.
Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum
crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu).
Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut
appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah
putih yang berperan dalam imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong ke
bagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa
ini masih mengandung banyak air dan garam mineral
yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral
kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu
kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar
selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses
pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu
bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk
vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan
peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit
ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan
akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian
rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik.
Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot
sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi.
Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai
dengan sempurna.
     
Kelenjar Pencernaan
http://e-dukasi.net/images/blank.gif

Pencernaan makanan di dalam saluran pencernaan dibantu dengan enzim. Enzim pencernaan dihasilkan oleh kelenjar pencernaan. Macam kelenjar pencernaan pada manusia diantaranya : 
  • kelenjar ludah (parotis),
  • kelenjar lambung,
  • kelenjar pankreas dan hati.
1. Kelenjar ludah (parotis)
ludah
Kelenjar ludah terdapat di bawah lidah, di rahang bawah sebelah kanan dan kiri serta di bawah telinga sebelah kanan dan kiri faring. Kelenjar ludah menghasilkan air ludah (saliva). Saliva keluar dipengaruhi oleh kondisi psikhis yang membayangkan makanan tertentu serta refleks karena adanya makanan yang masuk ke dalam mulut. Saliva mengandung enzim ptialin atau amilase ludah.
2. Kelenjar lambung
Lambung memiliki kelenjar yang menghasilkan enzim pepsinenzim renin dan asam khlorida (HCl). Enzim pepsin berasal dari pepsinogen yang diaktifkan oleh asam lambung. Sekresi atau pengeluaran asam lambung dipengaruhi oleh refleks jika ada makanan yang masuk ke dalam lambung, serta dipengaruhi olehhormon gastrin yang dikeluarkan oleh dinding lambung. Produksi asam lambung yang berlebih dapat membuat radang pada dinding lambung.
3. Kantong empedu
empedu
Kantong empedu menempel di hati, sebagai tempat menampung cairan empedu. Empedu dihasilkan dari perombakan sel darah merah yang tua atau rusak oleh hati. Cairan empedu dialirkan ke dalam duodenum. Pengeluaran cairan empedu dipengaruhi oleh hormon kolesistokinin. Hormon ini dihasilkan oleh duodenum.
4. Kelenjar pankreas
Kelenjar pankreas terletak di rongga perut di dekat lambung. Pankreas menghasilkan enzim pencernaan yang dialirkan menuju duodenum, yaitu:enzim amilase, enzim tripsinogen, enzim lipase dan NaHCO3. Sekresi enzim dari pankreas dipengaruhi oleh hormon sekretin. Hormon sekretin dihasilkan oleh duodenumpada saat makanan masuk duodenum (usus dua belas jari).
5. Kelenjar di usus halus
Kelenjar pada usus halus menghasilkan enzim enterokinase, enzim erepsin (peptidase), enzim maltase, enzim sukrase, enzim laktase dan enzim nuklease serta lipase. Pengeluaran enzim-enzim ini dipengaruhi oleh hormon enterokrinin yang dihasilkan oleh duodenum.

contoh narrative

Fairy Tales - Little Ida’s Flowers



My poor flowers are quite dead,” said little Ida, “they were so pretty yesterday evening, and now all the leaves are hanging down quite withered. What do they do that for,” she asked, of the student who sat on the sofa; she liked him very much, he could tell the most amusing stories, and cut out the prettiest pictures; hearts, and ladies dancing, castles with doors that opened, as well as flowers; he was a delightful student. “Why do the flowers look so faded to-day?” she asked again, and pointed to her nosegay, which was quite withered.
“Don’t you know what is the matter with them?” said the student. “The flowers were at a ball last night, and therefore, it is no wonder they hang their heads.”
“But flowers cannot dance?” cried little Ida.
“Yes indeed, they can,” replied the student. “When it grows dark, and everybody is asleep, they jump about quite merrily. They have a ball almost every night.”
“Can children go to these balls?”
“Yes,” said the student, “little daisies and lilies of the valley.”
“Where do the beautiful flowers dance?” asked little Ida.
“Have you not often seen the large castle outside the gates of the town, where the king lives in summer, and where the beautiful garden is full of flowers? And have you not fed the swans with bread when they swam towards you? Well, the flowers have capital balls there, believe me.”
“I was in the garden out there yesterday with my mother,” said Ida, “but all the leaves were off the trees, and there was not a single flower left. Where are they? I used to see so many in the summer.”
“They are in the castle,” replied the student. “You must know that as soon as the king and all the court are gone into the town, the flowers run out of the garden into the castle, and you should see how merry they are. The two most beautiful roses seat themselves on the throne, and are called the king and queen, then all the red cockscombs range themselves on each side, and bow, these are the lords-in-waiting. After that the pretty flowers come in, and there is a grand ball. The blue violets represent little naval cadets, and dance with hyacinths and crocuses which they call young ladies. The tulips and tiger-lilies are the old ladies who sit and watch the dancing, so that everything may be conducted with order and propriety.”
“But,” said little Ida, “is there no one there to hurt the flowers for dancing in the king’s castle?”
“No one knows anything about it,” said the student. “The old steward of the castle, who has to watch there at night, sometimes comes in; but he carries a great bunch of keys, and as soon as the flowers hear the keys rattle, they run and hide themselves behind the long curtains, and stand quite still, just peeping their heads out. Then the old steward says, ‘I smell flowers here,’ but he cannot see them.”
“Oh how capital,” said little Ida, clapping her hands. “Should I be able to see these flowers?”
“Yes,” said the student, “mind you think of it the next time you go out, no doubt you will see them, if you peep through the window. I did so to-day, and I saw a long yellow lily lying stretched out on the sofa. She was a court lady.”
“Can the flowers from the Botanical Gardens go to these balls?” asked Ida. “It is such a distance!”
“Oh yes,” said the student “whenever they like, for they can fly. Have you not seen those beautiful red, white. and yellow butterflies, that look like flowers? They were flowers once. They have flown off their stalks into the air, and flap their leaves as if they were little wings to make them fly. Then, if they behave well, they obtain permission to fly about during the day, instead of being obliged to sit still on their stems at home, and so in time their leaves become real wings. It may be, however, that the flowers in the Botanical Gardens have never been to the king’s palace, and, therefore, they know nothing of the merry doings at night, which take place there. I will tell you what to do, and the botanical professor, who lives close by here, will be so surprised. You know him very well, do you not? Well, next time you go into his garden, you must tell one of the flowers that there is going to be a grand ball at the castle, then that flower will tell all the others, and they will fly away to the castle as soon as possible. And when the professor walks into his garden, there will not be a single flower left. How he will wonder what has become of them!”
“But how can one flower tell another? Flowers cannot speak?”
“No, certainly not,” replied the student; “but they can make signs. Have you not often seen that when the wind blows they nod at one another, and rustle all their green leaves?”
“Can the professor understand the signs?” asked Ida.
“Yes, to be sure he can. He went one morning into his garden, and saw a stinging nettle making signs with its leaves to a beautiful red carnation. It was saying, ‘You are so pretty, I like you very much.’ But the professor did not approve of such nonsense, so he clapped his hands on the nettle to stop it. Then the leaves, which are its fingers, stung him so sharply that he has never ventured to touch a nettle since.”
“Oh how funny!” said Ida, and she laughed.
“How can anyone put such notions into a child’s head?” said a tiresome lawyer, who had come to pay a visit, and sat on the sofa. He did not like the student, and would grumble when he saw him cutting out droll or amusing pictures. Sometimes it would be a man hanging on a gibbet and holding a heart in his hand as if he had been stealing hearts. Sometimes it was an old witch riding through the air on a broom and carrying her husband on her nose. But the lawyer did not like such jokes, and he would say as he had just said, “How can anyone put such nonsense into a child’s head! what absurd fancies there are!”
But to little Ida, all these stories which the student told her about the flowers, seemed very droll, and she thought over them a great deal. The flowers did hang their heads, because they had been dancing all night, and were very tired, and most likely they were ill. Then she took them into the room where a number of toys lay on a pretty little table, and the whole of the table drawer besides was full of beautiful things. Her doll Sophy lay in the doll’s bed asleep, and little Ida said to her, “You must really get up Sophy, and be content to lie in the drawer to-night; the poor flowers are ill, and they must lie in your bed, then perhaps they will get well again.” So she took the doll out, who looked quite cross, and said not a single word, for she was angry at being turned out of her bed. Ida placed the flowers in the doll’s bed, and drew the quilt over them. Then she told them to lie quite still and be good, while she made some tea for them, so that they might be quite well and able to get up the next morning. And she drew the curtains close round the little bed, so that the sun might not shine in their eyes. During the whole evening she could not help thinking of what the student had told her. And before she went to bed herself, she was obliged to peep behind the curtains into the garden where all her mother’s beautiful flowers grew, hyacinths and tulips, and many others. Then she whispered to them quite softly, “I know you are going to a ball to-night.” But the flowers appeared as if they did not understand, and not a leaf moved; still Ida felt quite sure she knew all about it. She lay awake a long time after she was in bed, thinking how pretty it must be to see all the beautiful flowers dancing in the king’s garden. “I wonder if my flowers have really been there,” she said to herself, and then she fell asleep. In the night she awoke; she had been dreaming of the flowers and of the student, as well as of the tiresome lawyer who found fault with him. It was quite still in Ida’s bedroom; the night-lamp burnt on the table, and her father and mother were asleep. “I wonder if my flowers are still lying in Sophy’s bed,” she thought to herself; “how much I should like to know.” She raised herself a little, and glanced at the door of the room where all her flowers and playthings lay; it was partly open, and as she listened, it seemed as if some one in the room was playing the piano, but softly and more prettily than she had ever before heard it. “Now all the flowers are certainly dancing in there,” she thought, “oh how much I should like to see them,” but she did not dare move for fear of disturbing her father and mother. “If they would only come in here,” she thought; but they did not come, and the music continued to play so beautifully, and was so pretty, that she could resist no longer. She crept out of her little bed, went softly to the door and looked into the room. Oh what a splendid sight there was to be sure! There was no night-lamp burning, but the room appeared quite light, for the moon shone through the window upon the floor, and made it almost like day. All the hyacinths and tulips stood in two long rows down the room, not a single flower remained in the window, and the flower-pots were all empty. The flowers were dancing gracefully on the floor, making turns and holding each other by their long green leaves as they swung round. At the piano sat a large yellow lily which little Ida was sure she had seen in the summer, for she remembered the student saying she was very much like Miss Lina, one of Ida’s friends. They all laughed at him then, but now it seemed to little Ida as if the tall, yellow flower was really like the young lady. She had just the same manners while playing, bending her long yellow face from side to side, and nodding in time to the beautiful music. Then she saw a large purple crocus jump into the middle of the table where the playthings stood, go up to the doll’s bedstead and draw back the curtains; there lay the sick flowers, but they got up directly, and nodded to the others as a sign that they wished to dance with them. The old rough doll, with the broken mouth, stood up and bowed to the pretty flowers. They did not look ill at all now, but jumped about and were very merry, yet none of them noticed little Ida. Presently it seemed as if something fell from the table. Ida looked that way, and saw a slight carnival rod jumping down among the flowers as if it belonged to them; it was, however, very smooth and neat, and a little wax doll with a broad brimmed hat on her head, like the one worn by the lawyer, sat upon it. The carnival rod hopped about among the flowers on its three red stilted feet, and stamped quite loud when it danced the Mazurka; the flowers could not perform this dance, they were too light to stamp in that manner. All at once the wax doll which rode on the carnival rod seemed to grow larger and taller, and it turned round and said to the paper flowers, “How can you put such things in a child’s head? they are all foolish fancies;” and then the doll was exactly like the lawyer with the broad brimmed hat, and looked as yellow and as cross as he did; but the paper dolls struck him on his thin legs, and he shrunk up again and became quite a little wax doll. This was very amusing, and Ida could not help laughing. The carnival rod went on dancing, and the lawyer was obliged to dance also. It was no use, he might make himself great and tall, or remain a little wax doll with a large black hat; still he must dance. Then at last the other flowers interceded for him, especially those who had lain in the doll’s bed, and the carnival rod gave up his dancing. At the same moment a loud knocking was heard in the drawer, where Ida’s doll Sophy lay with many other toys. Then the rough doll ran to the end of the table, laid himself flat down upon it, and began to pull the drawer out a little way.
Then Sophy raised himself, and looked round quite astonished, “There must be a ball here to-night,” said Sophy. “Why did not somebody tell me?”
“Will you dance with me?” said the rough doll.
“You are the right sort to dance with, certainly,” said she, turning her back upon him.
Then she seated herself on the edge of the drawer, and thought that perhaps one of the flowers would ask her to dance; but none of them came. Then she coughed, “Hem, hem, a-hem;” but for all that not one came. The shabby doll now danced quite alone, and not very badly, after all. As none of the flowers seemed to notice Sophy, she let herself down from the drawer to the floor, so as to make a very great noise. All the flowers came round her directly, and asked if she had hurt herself, especially those who had lain in her bed. But she was not hurt at all, and Ida’s flowers thanked her for the use of the nice bed, and were very kind to her. They led her into the middle of the room, where the moon shone, and danced with her, while all the other flowers formed a circle round them. Then Sophy was very happy, and said they might keep her bed; she did not mind lying in the drawer at all. But the flowers thanked her very much, and said,—
“We cannot live long. To-morrow morning we shall be quite dead; and you must tell little Ida to bury us in the garden, near to the grave of the canary; then, in the summer we shall wake up and be more beautiful than ever.”
“No, you must not die,” said Sophy, as she kissed the flowers.
Then the door of the room opened, and a number of beautiful flowers danced in. Ida could not imagine where they could come from, unless they were the flowers from the king’s garden. First came two lovely roses, with little golden crowns on their heads; these were the king and queen. Beautiful stocks and carnations followed, bowing to every one present. They had also music with them. Large poppies and peonies had pea-shells for instruments, and blew into them till they were quite red in the face. The bunches of blue hyacinths and the little white snowdrops jingled their bell-like flowers, as if they were real bells. Then came many more flowers: blue violets, purple heart’s-ease, daisies, and lilies of the valley, and they all danced together, and kissed each other. It was very beautiful to behold.
At last the flowers wished each other good-night. Then little Ida crept back into her bed again, and dreamt of all she had seen. When she arose the next morning, she went quickly to the little table, to see if the flowers were still there. She drew aside the curtains of the little bed. There they all lay, but quite faded; much more so than the day before. Sophy was lying in the drawer where Ida had placed her; but she looked very sleepy.
“Do you remember what the flowers told you to say to me?” said little Ida. But Sophy looked quite stupid, and said not a single word.
“You are not kind at all,” said Ida; “and yet they all danced with you.”
Then she took a little paper box, on which were painted beautiful birds, and laid the dead flowers in it.
“This shall be your pretty coffin,” she said; “and by and by, when my cousins come to visit me, they shall help me to bury you out in the garden; so that next summer you may grow up again more beautiful than ever.”
Her cousins were two good-tempered boys, whose names were James and Adolphus. Their father had given them each a bow and arrow, and they had brought them to show Ida. She told them about the poor flowers which were dead; and as soon as they obtained permission, they went with her to bury them. The two boys walked first, with their crossbows on their shoulders, and little Ida followed, carrying the pretty box containing the dead flowers. They dug a little grave in the garden. Ida kissed her flowers and then laid them, with the box, in the earth. James and Adolphus then fired their crossbows over the grave, as they had neither guns nor cannons.