Minggu, 19 April 2020

Random Talk


Ngobrolin NIKAH

Di sela-sela kesibukan (eh emang sibuk?), tiba-tiba ingin rehat sejenak menulis sesuatu. Maafkan kawan, tulisannya acak-acakan (udah lama gak nulis). Blognya gak keurus wkwk. Jadi teringat waktu bincang-bincang tentang menulis sama anak-anak s3, katanya blog itu buat anak kecil karena tampilannya agak alay (emang iya ini buatnya waktu SMA). Tapi apa daya kawan manfaatkan fasilitas yang ada saja.

Di kalanganku saat ini sedang rentan membicarakan pernikahan, bahkan di sela-sela perkuliahan dosenku selalu menyelipkan nasehat-nasehat pernikahan. Walaupun banyak juga teman-temanku yang udah nikah. Kalau mendengar kata pernikahan mungkin banyak yang baper ‘aku ingin nikah’. Padahal emang beneran udah siap? Setelah diteliti, ternyata keinginan menikah itu tergantung lingkungan kita. Ada orang yang ingin cepet nikah, ada juga yang gak mau nikah cepet. Gak ada yang salah kawan, semua orang punya prinsip, semua tergantung persepsi dan informasi yang didapat. Awalnya dari ketidaksengajaan sharing-sharing tentang nikah, tapi tiba-tiba penasaran, mencoba berdiskusi dan melakukan survey dengan orang-orang yang sudah menikah dan belum menikah. Kebetulan juga aku punya teman kepala SPN, jadi minta sharing tentang pengalaman para kliennya. Lumayan kan berbagi ilmu.

Selain itu, tulisan ini terinspirasi dari teman-teman perempuanku yang curhat mengenai pernikahan. Rasanya dalam sebulan ini sudah ada 5 orang yang meminta pendapat mengenai hal tersebut (padahal aku pun belum nikah) dengan berbagai cerita yang belibet wkwk. Ada yang bentar lagi mau nikah, ada juga yang baru sampai tahap baper. Ku persembahkan tulisan ini untuk kalian, semoga bermanfaat.

Pihak Perempuan

Tim ingin menikah cepat
Mereka ingin menikah cepat dengan alasan ingin menjaga, menjalankan sunnah rasul, udah disuruh ortu, ingin punya keturunan, butuh partner hidup, butuh seorang pendukung, butuh pembimbing.

Tim gak mau nikah cepat
Alasannya ingin kerja dulu, belum kepikiran, takut ketemu orang baru, belum boleh sama ortu, mau biayain adik dulu, belum siap, masih ingin belajar.

Pihak laki-laki

Tim ingin menikah cepat
Ada yang bilang karena maut itu dekat, kalau bisa disegerakan selagi mampu kenapa tidak, ortu ingin menimang cucu, butuh partner hidup, karena dengan menikah Allah memberi banyak keberkahan, ingin melanjutkan generasi, fitnah dunia begitu besar, ingin beribadah, menyempurnakan separuh agama, menjalankan sunah rasul, menjaga pandangan.

Tim gak mau nikah cepat
Alasannya belum kepikiran, ingin mapan dulu, belum siap, belum membahagiakan ortu, ingin s3 dulu, belum cukup ilmu, mau memperdalam agama, masih ada tanggungan lain.

Dari jawaban di atas, kamu termasuk tim yang mana? Kalau kamu sudah mampu dari berbagai aspek terutama mental, baiknya disegerakan untuk menjaga diri dari dosa dan fitnah, tapi kalau belum mampu sebaiknya berpuasa. Menyegerakan bukan berarti terburu-buru, tapi mempersiapkan :)

Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu hendaknya berpuasa sebab ia dapat mengendalikanmu.
(HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).

Rasulullah SAW. bersabda:”Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah“.  
(HR. Bukhari)

 “Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”  
[QS. Adz Dzariyaat (51):49].


Sedikit Intro Mempersiapkan Pernikahan

Aku menyadari bahwa fitnah dunia begitu besar. Pantas saja orang tuaku begitu ketat mendidikku untuk menjaga jarak dengan lawan jenis agar tidak terjerumus ke hal yang salah, katanya boleh berteman dengan lawan jenis tapi gak usah jadi sahabat nanti takutnya baper2an. Orang tuaku melarang tuk pacaran, tapi mereka lebih dari itu. Mereka memantauku sampai selesai s1, selalu ditanyakan dengan siapa dan dimana setiap saat, gak boleh boncengan, gak boleh jalan berdua, bahkan ketika pulang ke rumah hp ku selalu di cek. Nah barulah ketika S2 aku mulai dilepas dan ga ditanya2 lagi. Dulu aku sempat kesal karena orang tua begitu ketat kepadaku, sedangkan ke anak yang lain tidak. Tapi sekarang aku sangat berterimakasih karena mereka telah menjagaku untuk tidak disentuh oleh yang bukan mahram. Suatu hari jika ditakdirkan, aku juga ingin menjaga anak-anakku dari fitnah dunia. Tau gak teman-teman? Ternyata menjaga juga salah satu bentuk persiapan menikah. Selain karena menghindari dosa, wanita itu katanya dilihat dari masa lalunya.

Perkara menikah, tak usah dirisaukan karena semua sudah diatur sama Allah. Terpikir ku ingin menikah dari sejak lulus s1, karena waktu itu banyak sekali temanku yang menikah. Tapi sepertinya saat itu cuman baper-baperan, karena belum mempersiapkan. Aku mulai mempersiapkan pernikahan ketika s2, mulai ikut seminar2, belajar membuat CV nikah (siapa tau suatu hari berguna, kalaupun tak terpakai setidaknya ada gambaran), baca buku (tidak hanya pernikahan, bagiku yang lebih penting aqidah), tanya2 ke orang, belajar manajemen keuangan, cara mengelola emosi, cari tau visi-misi menikah, cari tau gimana cara mendidik anak, dll. Intinya tanda siap nikah itu semakin memperbaiki diri. Persiapan itu penting. 

Nikah itu bukan perkara main-main, harus dipersiapkan matang-matang karena akan ada rintangan yang dihadapi setelah menikah. Menikah itu tentang bagaimana saling menerima kekurangan dan saling melengkapi. Bagaimana cara kita menyamakan persepsi dengan pasangan. Kita juga akan bertemu orang-orang baru, harus belajar memposisikan diri. Jangan sampai menyesal, karena menikah itu bukan satu dua tahun. Niatkan menikah untuk beribadah, semakin mendekatkan diri kepada Allah, agar Allah menjaga pernikahan kita.


Sharing Nikah

Berikut ini ada sedikit pandangan dari 2 teman ikhwan yang sudah siap menikah.

V : Kalau menurut aku, nikah itu harus segera dan mapan. Kalau syarat utama (usia dan ada calon) udah terpenuhi untuk bisa menikah ya sebaiknya disegerakan. Apalagi dengan kondisi zaman sekarang yang godaannya luar biasa, udah gak ada lagi hijab ngobrol dengan yang bukan mahram, dan sosmed isinya banyak menggerus iman, maka ya harus disegerakan menikah kalau sudah tidak sanggup menahan diri dari dosa.
Kalau mapan itu harus, karena menurut KBBI itu artinya mantap (tidak goyah, stabil). Jadi mapan itu gak hanya tentang mapan secara finansial. Mapan itu setidaknya dalam konteks pribadinya, mapan mental dan ilmunya. Kalau mapan finansial itu gak perlu menurutku, karena menikah kan salah satu cara membuka pintu rezeki Allah, yang berarti kita gak perlu khawatir sama rezei setelah menikah.

Y : Kalau aku pribadi patokan menikah itu tentang seberapa yakin kita kepada Allah. Seberapa dia sudah siap dengan ilmu, harta dan ruhiyahnya untuk menanggung tanggung jawab keluarga yang dimana dosa dan pahala jariyahnya akan mengalir dari anak keturunan. Kalau finansial, selama bisa menjamin memberikan nafkah setelah nikah maka tidak masalah. Tentang ilmu, selama sudah tau tentang aqidah dan hal-hal dasar, menurutku udah cukup. Sisanya tinggal apakah dia mau belajar atau enggak. Yakin sama Allah lebih kea rah yakin pernikahan itu membawa kita semakin dengan dengan Allah dan siap untuk memperjuangkan semenjak meniatkan hingga akhir hayat. Karena dari pernikahan, kalau yakin sama Allah ini ibadah yang baik, InsyaAllah sisanya akan mengikuti. Tetap sambal ikhtiar dan mempersiapkan.

"Pilihlah lelaki yang baik agama dan akhlaqnya (senantiasa memperbaiki diri), Jika marah tidak akan menghina. Bila cinta akan memuliakan."( Imam Hasan Al Basri )

Kali ini aku mau sharing mengenai tipe-tipe laki-laki yang ingin menikah berdasarkan dari kejadian-kejadian yang aku saksikan, pengalaman teman2ku yang sudah menikah dan seminar-seminar pranikah.

1. Ingin menikah dan siap menikah
Biasanya laki2 tipe ini mereka yang sudah benar2 siap dan serius untuk menikah, jarak dari menyampaikan menuju pernikahan biasanya hanya berjarak bulanan, gak lebih dari 1 tahun. Mereka sudah merencanakan matang2 dan akan membahas yang benar2 serius mengenai visi misi ke depan. Tipe ini dibagi 2 lagi.
-        Langsung datang ke orang tua
Ini biasanya tipe laki-laki yang pemberani. Dia langsung menyampaikan maksudnya kepada orang tua perempuan. Kalau diterima, segera lamaran dan menentukan tanggal menikah.
-        Lewat jalur taaruf
Idealnya taaruf dimediatori oleh orang yang sudah menikah, entah itu murabbi, teman, saudara ataupun lembaga. Mediator disini fungsinya untuk membimbing agar tidak salah arah dan menemani interaksi si calon, makanya baiknya harus yang sudah menikah. Biasanya diawali dengan bertukar CV, dilanjut bertemu calon (saling bertanya), bertemu orang tua, lamaran, nikah.

2. Ingin menikah tapi belum siap nikah
Tipe ini banyak banget macamnya, ada yang benar serius dan juga modus. Tanda laki-laki modus, dia pintar dalam berkata-kata, kalau disuruh serius akan menghindar. Tapi ada juga tipe ini yang benar serius, biasanya mereka minta dimediatori untuk taaruf, bertukar CV, kalau dua belah pihak sudah oke, bilang ke pihak orang tua perempuan untuk ditunggu. Ada juga yang labil dan pemilih. Tapi pada umumnya tipe ini menyampaikan kepada pihak perempuan mengenai keinginannya untuk serius, tapi belum siap nikah dan biasanya minta ditunggu. Kalau sudah berurusan sama yang beginian logic juga harus jalan akhwat, jangan hanya pakai perasaan. Menghadapi tipe ini para akhwat harus lebih cermat dan berhati-hati, jangan sampai nanti jadi korban PHP. Lihat baik-baik apakah ikhwan tersebut dapat dipercaya atau tidak. Ada tips untuk para akhwat menghadapi ikhwan tipe ini agar tidak menjadi korban PHP, apakah dia benar serius atau hanya main-main.
  • Cerita yang jujur kepada orang yang dipercaya, kalau aku biasanya ke ibu. Kalau kalian tidak dekat dengan ibu, bisa ke orang lain tapi kalau bisa yang sudah menikah, biasanya mereka lebih paham, agar mendapat solusi yang tidak salah arah (jangan sampai terjerumus ke dalam dosa).
  • Untuk melihat apakah bisa dipercaya atau tidak kalian bisa tau dari gerak-geriknya. Apakah dia orang yang jujur atau banyak berbohong. Apakah perkataan dia sesuai dengan tingkah lakunya atau tidak. Atau kalian bisa tanya juga ke teman dekatnya.
  • Kalian bisa lihat apakah dia benar2 mempersiapkan (Entah agama, fisik, mental, ataupun finansial. Bisa dengan belajar pranikah, sering ikut kajian, memperbanyak intensitas membaca Quran dan lain2, intinya banyak belajar tidak hanya ilmu pernikahan) dan memperbaiki diri. Kalau dia hanya bilang mau serius tapi tidak mempersiapkan, bisa dipastikan itu hanya main2. Bisa lihat juga lingkungan pertemanannya.
  • Seiring berjalannya waktu lihat juga bagaimana dia memperlakukan kita, entah dari kata2 ataupun perilakunya. Biasanya laki2 yang serius tidak mengajak untuk berbuat maksiat, dia akan menjaga kesucian akhwatnya.
  • Lihat juga bagaimana interaksinya dengan para akhwat, laki-laki yang serius akan lebih menjaga dan tau batasan mengenai obrolan atau hal lainnya.
  • Jangan lupa tanyakan apakah dia sudah membicarakan hal ini dengan orang tuanya. Kalau belum, jangan terlalu percaya. Laki-laki yang serius bisa meyakinkan orang tuanya. Kalau belum bisa meyakinkan orang tuanya, bagaimana akan meyakinkan orang tua si perempuan.
  • Laki-laki yang serius akan bersikap apa adanya. Selain it,u dia akan jujur kepadamu apa yang menjadi kendala mereka saat ini.
  • Dia akan membicarakan hal yang serius mengenai pernikahan, setidaknya dia memberi tahu visi misi nikahnya.
  • Lihat juga apakah dia berani untuk datang ke rumah orang tuamu untuk memperkenalkan diri. Dia akan menyampaikan maksudnya kepada orangtuamu, jikalau belum siap dia akan meyakinkan pihak orang tua dan menyampaikan alasan syari nya mengenai kenapa belum siap menikah serta kapan akan menikahinya sudah jelas waktunya. Kalau rumahnya sangat jauh, biasanya laki-laki yang serius setidaknya akan menghubungi ayah si perempuan lewat telpon (pengalaman dari teman-temanku yang sudah menikah).
  • Terakhir, jadilah diri sendiri. Tak usah menjadi beda di hadapan dia. Lihatlah apakah dia akan menerima kekuranganmu atau tidak. 

Untuk para akhwat kalau ikhwannya belum begitu gak usah minta mereka untuk berubah harus gini harus gitu. Kalau memang serius, nanti juga sadar sendiri. Pasrahkan saja kepada Allah. Biarkan Allah yang menuntunnya. Jadi kan nanti kita tau, kalau ikhwannya ga berubah ya berarti dia hanya main-main, kalau ada perubahan menuju lebih baik insyaAllah ikhwan itu serius. Ketika kamu tau dia main-main, gak usah sedih karena Allah telah mempersiapkan yang lebih baik untukmu. Yang penting jangan sampai salah arah. Juga kalau kalian para akhwat mau tau informasi mengenai apakah dia berubah ataukah dia jujur? gak usah di stalking kaya detektif. Berdoa aja minta ditunjukkan sama Allah. Nanti juga semua informasi akan kalian dapat. Percaya deh.

Segitu dulu ya sharingnya, semoga bermanfaat untuk kalian para akhwat. Tapi wallahu’alam, manusia hanya bisa berikhtiar dan Allah yang menetapkan. Kuncinya ikhlas dan berdoa. Yakin aja kalau memang jodohnya, akan Allah persatukan di waktu yang tepat dan dimudahkan. Nah, kalau sudah ada ikhwan benar serius dan datang ke rumah, para akhwat jangan memberatkan apalagi masalah mahar. Luruskan lagi niat menikahnya untuk ibadah. Untuk para ikhwan yang sedang mempersiapkan semangat untuk kalian, semoga mendapat kemudahan.





Sabtu, 04 April 2020

CONTINUOUS ONE PIECE FLOW


One-piece flow (juga biasa disebut sebagai continuous flow manufacturing) adalah teknik yang digunakan untuk memproduksi komponen dalam lingkungan seluler. Sel adalah area di mana segala sesuatu yang diperlukan untuk memproses bagian itu mudah dijangkau, dan tidak ada bagian yang diizinkan untuk pergi ke operasi berikutnya sampai operasi sebelumnya selesai. Tujuan dari one piece flow adalah untuk membuat satu bagian pada satu waktu dengan benar setiap saat tanpa gangguan yang tidak terencana dan tanpa waktu antrian yang panjang.
One-piece flow menggambarkan urutan produk atau aktivitas transaksional melalui proses satu unit pada satu waktu. Sebaliknya, produksi batch menciptakan sejumlah besar produk pada satu waktu - mengirimkannya bersama melalui setiap langkah operasional. Dalam one-piece flow, fokusnya adalah pada produk atau pada proses transaksional, bukan pada menunggu, mengangkut, dan menyimpan keduanya. Metode one-piece flow membutuhkan waktu penggantian pendek dan kondusif untuk sistem “pull”.  One-piece flow adalah inti dari lean manufacturing, karena dapat mempersingkat lead time yaitu waktu yang diperlukan mulai dari material hingga menjadi barang jadi. Selain itu juga dapat mencapai tujuan yang lain yaitu kualitas terbaik, cost terendah, dan delivery yang tersingkat.

Perbandingan One – Pice Flow dan Batch Production
Ilustrasi berikut menunjukkan dampak pengurangan ukuran batch ketika membandingkan aliran batch dan one-piece.

Perbedaan waktu antara kedua sistem aliran ini sangat besar. Sistem one-piece flow menghemat 18 menit untuk batch yang sama sebanyak 10 buah. Dengan sistem ini dapat diproduksi 3 kali lebih banyak daripada sistem batch dan antrian. Selanjutnya, potongan pertama sedang dalam proses hanya 3 menit. Sistem atau operator dapat memeriksa bagian segera di setiap proses (A, B dan C).

Kelebihan dan Kekurangan Metode One-Piece Flow
Kelebihan dalam menerapkan metode continuous one-piece flow:
  1. Dapat di peroleh tingkat biaya produksi per unit (unit production cost) yang rendah, apabila dihasilkannya produk dalam volume yang cukup besar dan produk yang di hasilkan distandarisasi.
  2. Dapat dikuranginya pemborosan — pemborosan dari pemakaian tenaga manusia ,terutama karena sistem pemindahan bahan.
  3. Biaya tenaga kerja (labor cost) rendah , karena jumlah tenaga kerjanya yang sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli) dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.
  4. Biaya pemindahan bahan didalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut digerakkan dengan tenaga mesin (mekanisasi).
Kekurangan dalam menerapkan metode continuous one-piece flow:
  1. Terdapat kesukaran untuk menghadapi perubahan produk yang di minta oleh konsumen atau pelanggan. Jadi proses produksi seperti ini khusus untuk menghasilkan produk-produk yang permintaan (demand) nya besar dan stabil, serta style produknya tidak mudah berubah.
  2. Proses produksi mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan di suatu tempat/tingkat proses (di awal, di tengah atau di belakang), maka kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti yang di sebabkan adanya saling hubungan dan urut-urutan antara masing-masing tingkat proses.
  3. Terdapat kesukaran dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan, karena biasanya tingkat produksi (rate of production) nya telah ditentukan, sehingga sangat kaku (rigid).


Menggunakan sistem tarik untuk mengontrol produksi saat aliran kontinu (Continuous Flow) tidak sampai tahap upstream. Ada kalanya beberapa area dalam value stream dimana continuous flow tidak mungkin diimplementasikan sementara pengelompokan diperlukan. Ada beberapa alasan yang bisa menyebabkan hal ini terjadi diantaranya: 
  1. Beberapa proses yang memang dirancang untuk beroperasi dalam waktu siklus yang sangat cepat atau bahkan sangat lambat dan butuh change over untuk melayani famili produk sekaligus.
  2. Beberapa proses, seperti proses yang terdapat pada supplier, memiliki letak yang jauh sehingga pengiriman satu produk dalam satu waktu menjadi tidak realistis.
  3. Beberapa proses memiliki terlalu banyak lead-time atau sangatlah tidak masuk akal untuk menggabungkan secara langsung antara proses yang satu dengan proses yang lain dalam satu continuous-flow.




Marton. M, Paulova. I. (2005): One Piece Flow - Another View On Production Flow In The Next Continuous Process Improvement, Institute of Industrial Engineering, Management and Quality, 30-34.

Issue dalam Menerapkan One Piece Flow, diperoleh melalui situs http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38003/Chapter%20II.pdf?sequence=4. Diunduh pada tanggal 16 Februari 2019.
Kelebihan dan Kekurangan One Piece Flow, diperoleh melalui situs internet: http://indahstyleajhaok.blogspot.com/2010/10/pengantar-manajemen- produksi.html. Diunduh pada tanggal 16 Februari 2019.

TOYOTA PRODUCTION SYSTEM (TPS)

Hasil yang paling nyata dari upaya Toyota mencari keunggulan adalah filosofi manufaktur yang disebut Toyota Production System (TPS). TPS merupakan evolusi besar dalam proses bisnis yang efisien setelah sistem produksi massal yang diciptakan oleh Henry Ford, dan telah didokumentasikan, dianalisis, dan diekspor ke perusahaan-perusahaan di berbagai industri di seluruh dunia. Di luar Toyota, TPS sering kali dikenal sebagai “lean” atau “lean production”. Untuk menjadi sebuah perusahaan manufaktur yang lean diperlukan suatu pola pikir yang terfokus pada membuat produk mengalir melalui proses penambahan nilai tanpa interupsi (one-piece flow), suatu sistem “tarik” yang berawal dari permintaan pelanggan, dengan hanya menggantikan apa yang diambil oleh proses berikutnya dalam interval yang singkat, dan suatu buadaya dimana semua orang berusaha keras melakukan peningkatan secara terus-menerus. Toyota telah mengidentifikasi 8 jenis pemborosan yang tidak menambah nilai dalam proses bisnis atau manufaktur, yang akan dijelaskan dibawah ini.
  1. Produksi berlebihan. Memproduksi barang-barang yang belum di pesan, akan menimbulkan pemborosan seperti kelebihan tenaga kerja, kelebihan tempat penyimpanan dan biaya transportasi yang meningjkat karena adanya persediaan barang berlebihan.
  2. Waktu (menunggu). Para pekerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang berjalan, derdiri menunggu langkah proses selanjutnya , alat pasokan komponent berikutnya, atau menganggur saja karena kehabisan material, keterlambatan proses, mesin rusak, dan Bottleneck (sumbatan) kapasitas.
  3. Transportasi yang tidak perlu. Membawa barang dari proses (WIP) dalam jarak yang jauh. Menciptakan angkutan yang tidak efisien, memindahkan material, komponent, barang jadi ke dalam atau keluar gudang atau antar proses.
  4. Memproses secara berlebih atau memproses secara keliru. Melakukan langkah yang tidak di perlukan untuk memproses komponen, melaksanakan pemrosesan yang tidak efisien karena alat yang buruk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu dan memproduksi barang cacat.
  5. Persediaan berlebih. Kelebihan material atau barang dalam proses jadi menyebabkan ”Lead time” yang panjang. Menyembunyikan masalah seperti tidak keseimbangan produksi,keterlambatan pengiriman dari pemasok, product cacat, mesin rusak dan waktu setup yang panjang.
  6. Gerakan yang tidak perlu. Setiap gerakan karyawan yang mubajir saat melakukan pekerjaan seperti, mencari, meraih, menumpuk komponent, alat dan lain sebagainya. Berjalan juga merupakan pemborosan.
  7. Memproduksi produk cacat.
  8. Kreativitas karyawan yang tidak dimanfaatkan.



Sumber :
Liker, Jeffrey. 2004. The Toyota Way: 14 Prinsip Manajemen dari Perusahaan Manufaktur Terhebat di Dunia. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ergonomi Makro


Pendekatan ergonomi makro dibangun berdasarkan pedoman ergonomi mikro dan berkonsentrasi pada pengenalan, integrasi, dan pemanfaatan teknologi. Tujuan dari ergonomi makro adalah untuk mengoptimalkan fungsi (yaitu keselamatan dan efisiensi) dari sistem sosioteknik yang dimaksudkan tidak hanya melalui peningkatan peralatan, lingkungan kerja, workstation, metode kerja, pekerjaan, dll. Tetapi juga dengan mempertimbangkan teknologi sebagai penentu dari desain organisasi. Populasi pengguna akhir adalah budaya dan atribut psikososial, yang memainkan peran kendala dalam proses optimisasi multi-variabel dan dinamis, juga predikat karakteristik yang diperlukan dari sistem manajerial dan kontrol yang sesuai (lih. Meshkati, 1989).
Makroergonomi dapat diterapkan pada sistem sosioteknik yang lebih luas atau 'organisasi yang paling kompleks', 'organisasi sangat kompleks' dan 'organisasi kompleks' (Kleiner dan Booher 2003).

Perbandingan Ergonomi Mikro dan Makro
Ergonomi mikro difokuskan pada tingkat sistem manusia-mesin dan berkaitan dengan desain kontrol individu, display, dan workstation. Ini termasuk studi tentang keterampilan psikomotorik, kapasitas dan kompleksitas kognitif, pengambilan keputusan manusia, pemrosesan dan kesalahan informasi, dll.
Sebagai perbandingan, ergonomi makro difokuskan pada tingkat keseluruhan sistem teknologi orang dan berkaitan dengan dampak sistem teknologi pada sistem organisasi, manajerial, dan personalia (Hendrick, 1987a, 1987b).

Contoh Penerapan
Contoh penerapan ergonomi mikro pada suatu kasus diantaranya yaitu mendesain ruang control beserta display-nya, menganalisis human error, level instrumentasi dan otomasi pabrik, training, dan lain-lain.
Contoh penerapan ergonomi makro pada suatu kasus diantaranya yaitu menganalisis efek dari variabel budaya, masalah organisasi dan manajerial, dan lain-lain.

Sumber:
Kleiner. M, Hettinger. L, Dejoy. D, Huang. Y dan Love. P. (2015): Sociotechnical attributes of safe and unsafe work systems, Ergonomics, 58:4, 635-649.
Meshkati. N. (1989): An Etiological Investigation Of Micro- And Macroergonomic Factors In The Bhopal Disaster: Lessons For Industries Of Both Industrialized And Developing Countries, International Journal of Industrial Ergonomics, 4, 161-175.