Halo sahabat blogger. Udah lama banget ga posting. Kali ini aku
bakal posting tulisan seorang teman kelas kuliah dari awal masuk S1 dan kayanya sampe S2 masih bakalan sekelas juga.wkwk sekaligus partner nulis karya ilmiah saat kuliah S1. Tulisan ini
dibuat pada semester 4 akhir, saat itu temanku sedang merasakan dekatnya dengan
Sang Pencipta sehingga dia mengekspresikannya lewat tulisan. Yang aku tahu
ketika itu dia seorang yang rajin ke mesjid, setiap hari mengaji dan mengajari
orang lain. Ketika itu temanku merupakan sosok orang yang ramah, giat belajar,
selalu membantu orang lain dan selalu menjaga jarak dengan lawan jenis. Segitu
aja prolognya, yuk menikmati tulisannya, InsyaAllah bermanfaat buat sahabat
sekalian.
LOVE
Jika kita berbicara soal
cinta pasti tidak akan ada habisnya, bahkan kita tahu bahwa hampir semua lagu
bertemakan cinta. Pengertian cinta sangatlah sulit untuk diartikan, namun
setidaknya kita dapat mendefinisikan melalui pendekatan ciri-cirinya. Salah
satu definisi cinta diungkapkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziah, bahwa cinta adalah
mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya.(Madarijus Salikin: Jilid
II/401)
Cinta merupakan fitrah
yang Allah berikan kepada manusia. Tanpa cinta hidup manusia akan terasa
hambar. Cinta merupakan alasan terkuat seseorang dalam melakukan sesuatu. Seseorang
akan rela berkorban demi yang dicintainya. Lalu apa kaitannya cinta dengan beribadah kepada Allah?
Ada empat tingkatan
manusia dalam melakukan ibadah jika dilihat dari fenomena yang terjadi
di sekitar kita.
Pertama, yaitu orang yang beribadah karena terpaksa. Beribadah
karena terpaksa atau dipaksa merupakan tingkatan yang paling rendah dan boleh jadi dia beribadah niatnya bukan karena
Allah, namun karena takut dihukum, takut dimahari, ingin dilihat orang lain
(ria). Kedua, yakni orang beribadah
karena takut dosa. Ketiga, yaitu
orang yang beribadah karena ingin mendapatkan pahala. Keempat, yakni orang yang melakukan ibadah karena rasa cintanya
kepada Allah SWT. Tingkatan ini merupakan tingkatan teringgi dari seorang hamba
dalam beribadah kepada Allah. Orang yang beribadah pada tahap ini melakukan
ibadah bukan karena takut dosa ataupun ingin mendapatkan pahala, namun karena
cintanya kepada Allah. Pertanyaan yang akan muncul bagaimana ciri-ciri orang
yang beribadah karena cinta kepada-Nya?
Dalam buku yang berjudul Ihya ‘Ulumuddin, Imam
Al-Ghazali membeberkan tiga tanda cinta.
Tanda Cinta Pertama
“Barang siapa yang
mencintai sesuatu maka ia senang untuk mengingat-ingatnya”.
Tidak ada yang lebih sering diingat kecuali apa yang
disenanginya. Orang tua yang cinta kepada anaknya ia akan senan tiasa teringat
dengan anaknya. Orang tua akan sering menghubungi
untuk memastikan apakah kondisi anaknya baik-baik saja. Sama halnya jika kita
cinta kepada Allah SWT maka tanda cinta yang akan muncul adalah
“Barang siapa yang mencintai Allah maka ia
senang untuk mengingat-ingat-Nya”.
Orang yang cinta kepada Allah ia akan selalu ingat
kepada-Nya dalam kondisi apapun sehingga ia tidak akan melakukan hal-hal yang
dilarang Allah karena ia selalu merasa diawasi oleh Allah.
Tanda Cinta Kedua
“Barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia
senang untuk menemuinya”.
Seseorang akan mendahulukan pertemuan dengan apa yang
disenanginya dari pada yang lainnya. Contohnya saja ada seseorang yang senang
sekali dengan mobil barunya, sebentar-sebentar menengok mobilnya. Begitu pula
ketika seseorang mencintai orang lain maka ia akan senang apabila bertemu
dengan orang yang dicintainya. Seharusnya ini yang dilakukan dalam beribadah
kepada Allah sehingga ciri orang yang beribadah karena ia cinta kepada Allah
adalah
“Barang siapa
yang mencintai Allah maka ia senang untuk menemui-Nya”.
Orang yang cinta kepada Allah maka ia akan senang
ketika hendak bertemu dengan Allah. Ia akan mendahulukan bertemu dengan Allah.
Salah satu media bertemunya seorang hamba dengan sang pencipta adalah ketika
shalat. Ketika terdengan suara “hayya
‘alassholaah…..” maka ia akan
bergegas untuk menemui yang dicintainya. Ia akan meninggakan segala
aktifitasnya untuk melaksanakan sholat.
Tanda Cinta Ketiga
“Barang siapa
yang mencintai sesuatu maka ia senang untuk bersamanya”.
Orang yang mencintai sesuatu ia akan senang dan rela
untuk bersama dengan apa yang dicintainya, ia akan senang dan rela untuk
berlama-lama dengan apa yang dicintainya. Jika seseorang mencintai Allah maka
ciri utamanya ialah
“Barang siapa
yang mencintai Allah maka ia senang untuk bersama-Nya”.
Orang yang mencintai Allah ia tidak aka terburu-buru
dalam beribadah kepada Allah. Contohnya ketika sholat, seseorang yang mencintai
Allah ia akan tuma’ninah dalam sholatnya, tenang dalam setiap gerakan sholatnya
yang akan melahirkan kekhusyu’an.
Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa manusia akan rusak
tanpa ilmu, ilmu tidak berguna tanpa amal, dan amal akan sia-sia tanpa ikhlas.
Mudah-mudahan ibadah yang kita lakukan ikhlas karena Allah SWT. Aamiin.